Saturday, March 31, 2007

Pesta Pernikahan Boer

Waktu cuti kemarin ada acara yang wajib saya datangi, yaitu resepsi pernikahan sahabat saya, Boer di Rajagaluh. Menurut Boer sebenarnya acara ini gabungan dari beberapa event sekaligus: resepsi pernikahan, anniversary perkawinan ke-1 dan selamatan 4 bulanan kandungan Boer. Soalnya sebenarnya sahabat saya itu sudah melepaskan predikat jomblo sejak 1 tahun sebelumnya, akad nikah telah dilakukan tanggal 17 Maret 2006.

Boer tinggal di tengah sawah (ini sebenarnya lo, bukan hiperbolis). Rumahnya yang asri dikelilingi sawah dan balong, dan untuk ke sana ada jalan tanah yang cukup untuk satu mobil masuk. Di siang hari suasananya ‘pedesaan banget’, sejauh mata memandang ada kehijauan sawah, kicau burung, dan angin semilir yang nyaman di teras rumah kayu itu. Apalagi biasanya hidangannya juga segala macam buah-buahan. Sssst, pas acara ini juga buah-buahannya unik lo: manggis dan kelengkeng, mmmm!

Sebenarnya jadwal acaranya dari jam 10 siang. Tapi saya datang jam 8 malam setelah menempuh 40-an menit perjalanan dari cirebon. Saya dan suami sudah berpakaian santai (baca: jeans forever), kami pikir acara sudah selesai. Makin dekat ke tempat Boer makin bingung, gelap euy. Ternyata susah juga cari rumah di tengah sawah malem-malem, untung ada deretan lampu di jalan di tengah sawah, menuju rumah Boer. Indah dan romantis.

Rada panik juga waktu melihat masih banyak tamu yang datang. Waduh, saltum nih. Suami saya hampir ‘mogok’ karena jinsnya terlalu belel untuk kondangan, ha ha. Belum lagi mobil kami juga mogok, terjebak di jalan berlumpur sampai harus didorong 3 orang! Akhirnya dengan cuek kami ke pelaminan, and guess what.. pengantinnya berjins juga! Boer di pelaminan dengan orang tuanya, berbusana jins dan kemeja. Boer banget….ha ha. Padahal saya sudah siap-siap melihat Boer berkebaya!

Inilah resepsi terunik yang pernah saya datangi. Kedua orang tua Boer, saya, Mas Wid suami Boer, suami saya dan Boer yang berjins duduk-duduk di panggung sambil mengobrol. Kadang-kadang kami bangkit untuk menyalami tamu yang datang, setelah itu duduk lagi dan mengobrol ngalor ngidul. Bodor pisan… ini pesta kawin lo.

Pesta Boer indah dan romantis. Aroma harum memenuhi udara yang rada dingin sehabis hujan. Anggrek putih dan ungu berbungan di pohon mangga yang tumbuh di tengah halaman tempat pesta. Panggung untuk jaipongan didirikan di atas balong. Dan bunga-bunga bertebaran di mana-mana…

Selamat ya Boer… semoga keluargamu dikaruniani kebahagiaan, keindahan dan kekuatan. Semoga menjadi keluarga sakinah. Dan.. salam buat si kecil..

Saturday, March 24, 2007

Jika Anak Anda Diare dan Muntah

Saat cuti kemaren, kami mendapat musibah, si kecil Kishan muntah-muntah (lebih dari 20x sehari!) dan diare sehari menjelang ulang tahunnya.

Kalian yang (pernah) punya bayi mungkin pernah merasakan sedihnya saat anak muntah, gak gampang lo menyuapi anak. Rata-rata saya butuh sekitar 1 jam untuk menyuapi Kishan sampai dia menghabiskan porsinya. Nah, saat dia muntah rasanya bete juga melihat makanan yang susah payah kita masukkan dikeluarkan lagi…hiks. Bayangkan, saat itu dia muntah lebih dari 20x sehari!

Seminggu yang lalu muntahnya dimulai jam 11 malam, terus berlanjut hingga jam 2 pagi saya bawa ke emergency di rumah sakit terdekat. Dokter jaga di sana meminta agar saya terus berusaha memasukkan makanan, dan memberi obat penetral asam lambung untuk anak karena muntahan Kishan hanya berisi cairan asam lambung.

Paginya Kishan mulai saya beri pedialite, oralit untuk anak. Alhamdulillah anak saya itu masih mau makan dan lumayan doyan pedialite. Saat kekhawatiran saya mulai berkurang (berganti capek dan mengantuk karena begadang), Kishan mulai diare. BAB adalah air yang keluar dalam jumlah besar, setelah sebelumnya Kishan menangis-nangis karena mules. Duh, kasihan anakku.

Hari ini, tepat seminggu setelah mulai sakitnya, alhamdulillah Kishan sudah sembuh. Sejak kemarin muntahnya tidak ada lagi, BAB nya juga normal lagi. Saya jadi ingin berbagi tips-tips yang bisa dilakukan saat anak muntah dan diare. Tips ini saya dapat dari file “Common Problem in Pediatrics” dari milis sehat yang menekankan pada Rational Use of Drugs (RUD). Berikut tips nya:

DIARRHEA - VOMITING

Hampir serupa dengan batuk, diare & muntah adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan pada manusia. Diare & muntah adalah mekanisme alami tubuh untuk mengeluarkan racun, virus/kuman yang masuk ke dalam tubuh. Diare & muntah itu ibarat alarm tubuh untuk memberitahukan bahwa ada sesuatu yg tidak beres dalam tubuh kita.
Yang perlu dilakukan adalah mencari PENYEBAB nya.
Tidak perlu diberikan obat anti muntah atau obat untuk “mampet”kan diarenya. Obat-obat tsb memang akan mengurangi/menghentikan diare/muntah, tetapi tidak mengobati penyakitnya.
Perbaikan tersebut bersifat “semu”. Ibarat bom waktu. Kita terkecoh seolah anak membaik, padahal penyakitnya masih terus berlangsung. Selain itu, obat2 tersebut juga bukan tanpa risiko / efek samping.

PENYEBAB:

  • >80% penyebabnya pada anak, terutama bayi, adalah virus. Dikenal juga dengan ROTAVIRUS.
  • Food poisoning
  • Alergi makanan
  • Pemakaian antibiotik.

TATALAKSANA – CEGAH DEHIDRASI - Minum banyak


  • ASI diteruskan, campur dg Oral rehydration Solution (ORS) seperti pedialit atau oralit.
  • Perbanyak minum.
  • Bila diare hebat, fokus pada upaya rehidrasi (menjaga agar tidak dehidrasi). Kalau perlu, untuk sementara waktu tidak perlu makan sampai dehidrasi teratasi

Kapan menghubungi dokter?
  • Ada darah di tinja atau tinja berwarna hitam
  • Tanda-tanda dehidrasi berat : tidak buang air kecil > 8 jam, bibir kering, air mata kering ketika menangis, skin turgor menurun (jika tangan dicubit, tidak akan kembali seperti semula), mata cekung, abdomen (sekitar perut) cekung, fontanelle (ubun-ubun) pada bayi cekung.
  • Luar biasa mengantuk, sulit dibangunkan
  • Luar biasa lemas, layu

PRINSIP:
  • Umumnya tidak perlu diberi antibiotik, antibiotik hanya bila tinja berdarah (butuh evidence/lab). Pada banyak kasus, antibiotik justru akan memperparah diarenya. Belum lagi pemakaian antibiotik tidak pada tempatnya akan menyebabkan infeksi tambahan oleh jamur/fungus/candida
  • Jangan minum obat untuk menghentikan diare seperti primperan, motilium, juga tidak perlu minum Kaopectate, smecta, ensim, dsb.
  • Pada diare biasa, tidak perlu mengganti susu formula.

Sekedar masukan, dari dokter Kishan memang mendapat obat anti muntah, obat maag, pengental BAB (kaopectate) dan antibiotik. Hampir semuanya tidak saya berikan, selain karena ditolak Kishan (dimuntahkan lagi), dokter juga menekankan bahwa yang paling penting adalah menjaga agar elektrolit di tubuhnya tidak terlalu banyak berkurang (dengan pedialite).

Saya berusaha memasukkan pedialite sebanyak-banyaknya, minimal 100 ml per kg berat badan per hari. Setelah menghabiskan 3 botol pedialite ukuran 500 ml saya coba berikan air kelapa muda yang juga baik untuk mengganti elektrolit tubuh. Oya, saat sakit itu setiap hari waktu dihabiskan Kishan untuk..makan, minum dan tidur. Saya juga mengambil sample feses Kishan untuk dites di laboratorium, dan ternyata tidak ada bakteri, cacing maupun jamur di dalamnya, yang ada adalah antigen Rotavirus.

Semoga bermanfaat.

Selamat datang Fafa

Saya baru punya keponakan baru, the first and only. Azfa Tiffada Muttaqin, bayi laki-laki mungil, putih dan berambut lebat, anak laki-laki pertama dari adik saya Atri dan Jayus lahir tanggal 19 Maret 2007 jam 9.35 pagi.

Selamat datang Fafa. Hope this would be a beautiful world for you. Semoga kamu menjadi anak sholeh yang dapat membahagiakan kedua orang tuamu.

Kishan 1 Tahun

20 Maret 2006 – 20 Maret 2007

Happy birthday my precious Kishan. Satu tahun kehadiranmu sungguh berharga, melihatmu tumbuh, belajar dan berekspresi membuat hari-hari berwarna indah. Tangis dan tawa, keisengan, dan ke-keukeuhan-mu membuat rumah kita lebih ceria. Semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu, dan melindungimu sepanjang waktu.

I love you everyday.

Wednesday, March 07, 2007

Enaknya tinggal di (camp) Duri

Ini beneran lo. Ada juga enaknya tinggal di Duri. Walaupun kota ini kecil mungil garing, dan (hampir) ga ada tempat asik untuk didatangi, sering berasap sampai langit kelabu, jalannya berlubang-lubang segede kolam renang dan masih banyak ketidakenakan lainnya (nanti saya bahas di posting berikut) tapi buat saya ada juga enaknya.

Berikut beberapa alasan nikmatnya tinggal Duri:

  1. Halaman segede lapangan sepakbola.
    Nah ini mah hiperbolis hi hi. Yang bener segede setengah lapangan sepakbola! Di sebelah rumah saya malah ada lapangan nganggur yang biasa dipake anak tetangga untuk main bola atau layangan.
    Rumah saya dikelilingi halaman berumput, depan, belakang dan samping, tempat Zaka dan Kishan bebas bermain tanpa sandal. Permainan favorit Zaka adalah engklek, lari-lari keliling halaman, membuat pohon berbuah bola (atau mobil-mobilan, atau lego atau apa saja yang ada di pikirannya :-D), main air (semprot-semprotan, ‘mencuci’ mobil, menyiram tanaman atau sekedar main basah-basahan). Anak-anak senang, ibu santai he he.
  2. Fasilitas publik dekat
    Taman bermain anak-anak, lengkap dengan ayunan, perosotan, jembatan tali, terowongan dll hanya 50 m dari rumah. Gelanggang olahraga tempat fitness, bulutangkis, senam dan pasar mini maupun supermarket hanya 5-10 menit bermobil dari rumah. Begitu juga fasilitas lain seperti kantor suami, kolam renang, rumah sakit, perpustakaan, sekolah semuanya bisa dicapai kurang dari 15 menit bermobil dari rumah. Bebas macet lo. Halooooo Jakarta :-p.
  3. Fasilitas untuk kebutuhan sosial
    Mesjid lapang dekat rumah. Ada berbagai kelompok pengajian yang bisa dipilih, dari tafakur, fiqih, sampai keluarga sakinah. Ada juga berbagai perkumpulan arisan dan olahraga seperti klub fitness, klub sepeda, klub bulutangkis atau perkumpulan ibu-ibu seperti klub quilting.
  4. Jalan-jalan sepi
    Saat berkunjung ke Duri, ayah saya sempat menghitung jumlah mobil lewat. Hasilnya 5 mobil permenit (pada jam sibuk). Saya mah senang, anak-anak saya bisa lebih aman berjalan-jalan sore di luar rumah.
  5. Lebih banyak waktu untuk keluarga
    Bayangkan suatu tempat seperti Duri, tanpa mall, resto, toko buku, keluarga besar jauh di kampung. Otomatis waktu yang ada kebanyakan bersama keluarga. I really love having lots of time to play with my kids.
  6. Mudah untuk nenangga
    Boring di rumah? Tinggal telepon teman dan pesan taxi (transportasi dalam camp, dengan chit seharga 200 rupiah siap mengantar anda ke manapun di dalam camp) dan acara rumpi bisa dimulai :-D.
  7. Asri dan Alami
    Setiap hari saya masih mendengar suara burung, dan monyet di hutan dekat rumah. Bahkan burung elang masih sering tampak terbang anggun melewati rumah, kadang-kadang saya harus membiarkan tupai, biawak atau ular menyebrang saat menyetir mobil.. Zaka dan Kishan hobi mengejar kupu-kupu, kadal hingga menggali cacing dan ulat bulu. Sound nature kan :-p?

Bagaimana? Berminat tinggal di Duri :-p ??

Sunday, March 04, 2007

Saat Zaka mogok sekolah

Dua minggu kemarin Zaka sedih setiap kali melihat bis sekolahnya lewat tanpa berhenti di depan rumah untuk menjemput. Matanya menatap bis dari balik jendela sampai bisnya itu lewat tikungan dan tak terlihat lagi. Zaka saat itu sedang sakit, sehingga saya memintanya untuk libur sekolah. Tiap hari Zaka bertanya kapan dia bisa sekolah lagi.

Anak saya itu sekarang senang sekali bersekolah. Tiap hari Senin, Rabu dan Jumat, hari sekolahnya, dia bangun dengan senang, mandi, sarapan, lalu berlari ke luar menunggu bisnya datang.

Percaya tidak, sampai akhir tahun lalu Zaka mogok sekolah. Boro-boro mau bersekolah, mendengar kata ‘sekolah’ saja tampaknya dia alergi. Melihat bis-bis sekolah mondar-mandir di depan rumah, anak-anak tetangga berseragam sekolah pagi-pagi dan cerita saya tentang asiknya sekolah pun dia tak tertarik. Zaka selalu bilang, “Zaka gak mau sekolah. Sekolah itu GAK ENAK!!” Padahal usianya saat itu hampir 4 tahun. Di kompleks tempat tinggal saya ada 7 playgroup, beberapa diantaranya menerima murid mulai umur 2 tahun, dan hampir semua anak di atas 2 tahun yang saya kenal rutin bersekolah.

Saya tidak tahu pasti awalnya kenapa dia mogok sekolah, tapi feeling saya mah itu dimulai sekitar setahun yang lalu waktu kami tinggal sementara di Cirebon. Selama beberapa bulan di Cirebon Zaka saya masukkan ke salah satu sekolah favorit. TK/Playgroup ini memiliki halaman luas yang teduh, area bermain yang rapi dan luas dengan mainan yang lebih lengkap dari sekolah lainnya. Sekolah ini juga merupakan cabang franchise yang dikelola salah satu tokoh pendidikan paling terkenal di negri ini. Ruang kelasnya bagus dengan 2 guru di tiap kelas, kurikulumnya fun, dengan jadwal rutin untuk berenang, berkunjung ke resto dan taman bermain.

Awalnya memang Zaka bersemangat setiap kali sekolah. Bulan pertama dia rajin bersekolah, saya juga masih sempat mengantarnya dan berkomunikasi dengan gurunya. Di umur 3 tahun 1 bulan tampaknya Zaka masih lebih suka bermain sendiri dan sering menolak untuk mengerjakan tugasnya, tapi gurunya yang lembut selalu sabar dan tetap bersemangat mengajaknya mengerjakan tugas.

Bulan berikutnya guru kesayangannya itu tidak mengajar lagi. Saya pun tidak mengantarnya lagi ke sekolah karena jadwal melahirkan semakin dekat. Sedikit-demi sedikit terlihat bahwa Zaka makin enggan sekolah.

Setelah Kishan lahir, saya yang penasaran mulai mengantarnya sekolah lagi. Walaupun tidak diperbolehkan masuk kelas saya mengintip dari jendela dan mengamati kegiatannya. Zaka masih seperti dua bulan yang lalu, tidak mau duduk tenang dan mengerjakan tugas, tapi perlakuan gurunya yang berbeda. Gurunya yang satu lagi (mungkin) terlalu sibuk untuk membujuk anak seperti Zaka yang sering menolak. Saat itu memang default nya Zaka adalah bilang "ENGGAK MAU!" Interaksinya juga berbeda dengan guru kesayangan Zaka sebelumnya yang tidak mudah menyerah untuk mendapatkan jawaban, berkali-kali nanya sampai menjawab jika Zaka cuek saat ditanya. Persepsinya tentang Zaka juga negatif, itu saya lihat dari komentarnya, “Zaka sih gak mau ngerjain apa-apa di kelas, jadi saya biarin saja. Diajakin juga susah.” Ada suatu kejadian di mana anak-anak kelas Zaka membawa jas hujan dan payung untuk bermain hujan-hujanan di luar. Saya melihat guru itu bertanya pada Zaka, satu kali, apa dia mau ikut. Zaka menolak, dia lalu meninggalkan Zaka sendiri dalam kelas. Zaka tampak sedih sendirian di kelas. Kasihan.. Saya yang ada di luar kelas lalu masuk. Saya memeluknya, membujuknya, mengatakan padanya bahwa main hujan-hujanan itu asik, dan bahwa dia boleh bergabung dengan teman-temannya. Kurang dari 3 menit Zaka memakai jas hujannya sendiri, membawa payungnya dan ikut hujan-hujanan di luar.

Saat itu saya ingin sekali berteriak pada gurunya, “Bu Guru, please luangkan sedikit waktu untuk anak saya… Mungkin anak saya lebih sulit dari anak lain, mungkin Ibu harus menghabiskan lebih banyak waktu dan energi untuk membuatnya tertarik, mungkin sikapnya yang introvert berbeda dari teman-temannya yang ekspresif. Tapi, please, dia baru 3 tahun dan ini sekolah barunya!”

Zaka memang paling muda di kelasnya, dia juga tampak rada stress karena teman-temannya dengan mudah menyelesaikan tugas. Saya melihat bahwa karena motorik halusnya yang kurang baik, Zaka jadi tidak percaya diri untuk mengerjakan tugasnya. Zaka memang perfeksionis, salah menggambar ban mobil misalnya bisa membuatnya bete. Sosialisasinya juga kurang baik, dan tidak adanya bantuan dari guru membuatnya makin mengucilkan diri. Kasihan anak saya..

Di bulan ketiga Zaka mogok sekolah. Tidak hanya sekolah, Zaka juga mogok menggambar dan anti memegang pensil/crayon/spidol. Juga mogok menggunting, menempel, bernyanyi dan menari, semua aktifitas yang biasanya dengan senang dia lakukan. Hiks..

Itu berlangsung berbulan-bulan. Saya sedih, panik, dan berusaha dengan segala cara untuk membuatnya mau menggambar lagi, menggunting lagi, berkreasi lagi, bernyanyi lagi dan menari lagi. Tapi mungkin kehebohan saya membuatnya takut dan makin menolak untuk melakukan semuanya.

Seorang sahabat menjadi tempat curhat via email. Dari dia saya mendapat banyak masukan yang mencerahkan dan menenangkan, thanks ya ateu Ijul :-D. Saya mulai menahan diri, berusaha berempati pada Zaka. Saya berusaha mengerti bahwa beban anak saya yang saat itu berumur 3,5 tahun itu lumayan berat. Dia harus pindah rumah 2x dalam setahun, bersekolah di tempat yang menggerus percaya dirinya, mendapat adik baru, mba baru, asing lagi dengan ayahnya setelah 4 bulan tidak bertemu dan mungkin kalau dia bisa dia akan berteriak, “Bu, please give me a BREAK!!!”

Saya belajar santai. Tidak mudah lo, buat saya yang kadang rada perfeksionis, he he. Saya biarkan Zaka melakukan apa yang dia suka, mengajaknya having fun tanpa memaksanya melakukan sesuatu yang tidak disukainya, dan menghabiskan waktu bermain dengan dia yang memimpin. Lama kemudian, Zaka mulai mau menggambar. Gambar pertamanya setelah berbulan-bulan adalah coretan cat air di kamar mandi, lalu spidol marker di pintu, baru setelah itu mewarnai dengan crayon di bukunya.. Alhamdulillah.

Suara nyanyinya juga mulai terdengar lagi, 6 bulan setelah mogok sekolah. Sungguh, itu lagu paling merdu yang pernah saya dengar, ha ha. Setelah saya merasa keadaan membaik saya mulai survey sekolah. Belajar dari pengalaman, saya memilih sekolah yang hangat, yang mampu menyesuaikan diri dengan murid, dengan tuntutan yang wajar, dan guru-guru yang sabar dan penyayang, yang tidak mudah putus asa menghadapi anak saya yang masih harus belajar bersosialisasi. Pokoknya, sekolah yang lebih manusiawi deh he he.

Alhamdulillah saya menemukan sekolah yang cocok. Dua bulan sebelum semester baru saya sering mengajak Zaka ke sana, hanya untuk berkunjung. Awalnya kami hanya duduk-duduk di mobil di tempat parkir, melihat anak-anak bermain, sambil mengunyah permen karet. Kemudian Zaka mulai turun dan main di halaman. Sebulan kemudian dia mau masuk dan main mandi bola di ruang bermain, masuk ruang kelas dan tampak nyaman di tengah keributan anak-anak. Di awal tahun saat mulai semester baru Zaka mau sekolah lagi.

Hari pertama kami datang berombongan, Zaka, Ibu, Kishan dan tetehnya. Zaka tampak enjoy. Hari kedua Zaka masih diantar Ibu. Hari ketiga dia minta naik bis sekolahnya. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Zaka (ternyata) suka sekolah. Gurunya bercerita bahwa dia anak yang lumayan mandiri di sekolah, mau mengerjakan tugas dan tampil di depan, walaupun (tentu saja) kadang masih angin-anginan. Hal terbaik buat saya adalah Zaka senang dengan sekolahnya.

Sekarang sepanjang hari di rumah Zaka bernyanyi, bersenam ala playgroup nya, menggambar, mewarnai, menggunting, menempel, dan semua yang dulu dia tolak sekarang dia lakukan dengan senang hati. Sampai sekarang motorik halusnya masih belum sempurna, tapi itu tidak terlalu mengganggunya lagi. Walaupun temannya tidak banyak, tapi di hari-hari liburnya dia suka nenangga, bermain ke rumah teman sekolahnya atau mengundang temannya ke rumah.

Sekolah bukan obat ajaib. Anak saya masih introvert, pemalu, kadang-kadang tidak menjawab saat ditanya, tapi buat saya yang penting adalah dia hepi, dan bisa menikmati dunia anak-anaknya dengan ceria. Sebagai orang tua yang bisa saya lakukan hanyalah membantunya mengeksplorasi, mempelajari segala sesuatu yang diinginkannya dengan senang. Saya ingin dia tumbuh menjadi anak yang bahagia, yang nyaman dengan dirinya, orang lain, dan lingkungannya.

Ada quote dari Louis Pasteur yang saya suka sekali:


When I approach a child
He inspires in me two sentiments:
Tenderness for what he is,
And respect for what he may become.



Hope I could respect my children for what they may become...