Sunday, June 10, 2007

Belajar Manggung

Deket-deket ke acara perpisahannya Zaka makin hari makin malas untuk sekolah. Bangun, mandi dan sarapannya sih ga susah. Tapi.. makin dekat ke jam 8 pagi, makin sering dia nanya-nanya, “Jam berapa sih? Belum jam delapan kan? Masih jam 7 koq… “. Dan.. tampangnya rada manyun saat jam 8 tiba. Sejak 2 minggu yang lalu pun dia ogah naik bus ke sekolah, “Zaka mau dianter Ibu. Trus ibu nungguin Zaka di luar ampe Zaka pulang.. “. Itu persyaratannya untuk ke sekolah.

Ternyata beberapa minggu terakhir dia tidak nyaman dengan hebohnya acara perpisahan di sekolahnya. Memang sangat heboh sih. Setiap hari anak-anak dari 3 sekolah disatukan di sekolahnya (2 TK yang lain dalam yayasan yang sama sebetulnya punya gedung sendiri, tapi menjelang perpisahan mereka tiap hari sekolah di tempat Zaka untuk berlatih). Sekolahnya yang biasanya santai dan nyaman jadi heboh oleh puluhan anak kecil usia 1 (benar, ada bayi 1 tahun ikut bersekolah!) hingga 6 tahun.

Rutinitas jadi berubah saat 3 sekolah berkumpul. Hampir sepanjang waktu dihabiskan anak-anak di ruangan tempat panggung mini berada, berlatih untuk manggung. Pantas saja Zaka yang suka rutinitas jadi terganggu dan tidak nyaman. Saya biarkan dia tetap sekolah untuk belajar mengatasinya. Tapi kadang-kadang dia keluar kelas cuman buat nyari saya lo.. setelah tau saya ada di luar biasanya dia mau masuk lagi.

Zaka dapat peran untuk sesi bahasa Inggris. Dia kebagian tugas menyebutkan warna, sementara 2 temannya yang lain menyebutkan angka dan binatang. Sebelumnya acaranya sempat dibatalkan. Gurunya bilang karena di panggung Zaka malah tidur-tiduran…

Waktu mendengar itu saya rada heran, soalnya di rumah Zaka mau-mau saja ‘manggung’. Waduh, gak lucu banget sih, masa dibatalin gara-gara ketiduran di panggung. Setelah saya perhatikan, ternyata tidak hanya Zaka yang tidur-tiduran dan ga konsen di panggung. Beberapa anak lain juga tidur-tiduran, berkeliaran, duduk, bahkan mengganggu temannya. Saya juga melihat bahwa para guru sangat sibuk menangani banyaknya acara (dan anak-anak yang ada) sehingga tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan anak-anak itu satu persatu.

Di rumah saya tanya Zaka, apa dia masih pengen manggung. Ternyata masih. Ya sudah, saya temui gurunya dan bernegosiasi. Saya bilang bahwa saya akan ajak Zaka berlatih di rumah, dan please.. kalo dalam 1 minggu Zaka memenuhi targetnya, tolong acaranya dimasukkan lagi. Saya pikir manggung ini adalah suatu tahapan yang perlu dilewati anak saya, jika dia mau, untuk menambah kepercayaan dirinya. Dan, tidak adil rasanya jika acaranya dibatalkan setelah berlatih berbulan-bulan.

Alhamdulillah guru Zaka setuju. Dua hari berlatih di rumah, Zaka ok. Di sekolah pun Zaka mau manggung dengan baik (walaupun tidak selalu benar he he.. ). Akhirnya gurunya pun kembali memasukkan acara Zaka. Mudah-mudahan semuanya lancar dan aman deh..

Sebenarnya saya rada heran dengan acara pentas anak-anak playgroup ini. Yang saya pikirkan, ini adalah sebuah ajang untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, memunculkan potensinya, dan komunikasi dengan orang tua. Yang saya bayangkan adalah suatu acara yang hangat, dengan panggung kecil di sekolah, dan semua anak tampil. Lengkap dengan segala kehebohan dan kelucuannya, malu-malu, keisengan dan kenakalannya. Mungkin tidak sempurna, karena anak-anak 4-5 taunan memang masih belajar. Saya yakin para orang tua pun dapat menerima ketidak sempurnaan anaknya, mungkin malah menganggapnya sebagai kelucuan. Saya ingin melihat anak saya di panggung kecil, hanya dengan teman sekelasnya, tampil dengan percaya diri karena tahu bahwa yang menontonnya adalah orang tua dan orang tua teman-temannya, yang mengerti ketidaksempurnaannya dan bangga akan usahanya. Saya impikan suatu panggung anak-anak, untuk mereka.

Tapi acara yang akan datang adalah acara yang resmi. Lengkap dengan panggung besar di aula besar, di sekolah besar. Tamunya adalah Kepala Dinas Pendidikan, dan beberapa orang terhormat yang lain selain orang tua. Pengisi acaranya adalah anak-anak dari 3 sekolah yang berbeda (walaupun 1 yayasan). Dan acaranya berlangsung padat dari pagi hingga makan siang..

Duh, lalu untuk apa semua kehebohan ini? Untuk anak-anak (yang mungkin tidak nyaman dengan kostumnya, dengan tempat yang asing, dengan banyaknya orang asing berkeliaran, dengan acara yang padat dan tuntutan kesempurnaan karena manggung di depan orang penting)? Saya tidak yakin.

Thursday, June 07, 2007

Diet oh diet

DIET! Sejak Kishan berumur setahun dan sudah mau (disuapi) minum susu formula, saya mulai kepikiran untuk diet. Sebenarnya alarmnya sudah berbunyi lama.. sejak semua celana jins terasa sempit dan semakin sedikit baju di lemari yang bisa dipakai. Tapi karena saya masih menyusui, saya tidak tega untuk diet. Apalagi Kishan mungil dan lincah, kasihan sekali kalau jatah miminya berkurang gara-gara saya salah diet he he..

Memang setiap kali habis melahirkan berat badan saya selalu melonjak sampai lebih dari sepuluh kilo! Dari kepala empat (kadang-kadang kepala tiga, badan terasa enteng.. ) sampai kepala lima mengejar enam. Dengan tinggi pas-pasan, tubuh saya terasa bundar. Badan rasanya susah bergerak, setiap kali mau pergi pasti bingung di depan lemari.. kadang-kadang nekad pinjem baju si ayah, ha ha…

Setelah Kishan 1 tahun dan mulai doyan makan, saya membulatkan tekad untuk berdiet. Rasanya kalau BB terus melambung, saya makin malas bergerak he he. Tapi oh tapi.. ternyata rencana tinggal rencana. Sulit sekali mengerem nafsu makan.. huuh.. apalagi selama menyusui saya tersugesti untuk selalu makan dalam jumlah (ehem) banyak dan lengkap. Ternyata memang pola makan saya telah berubah. Dari pecinta sayur dan buah dan jarang sekali menambah nasi ketika makan, menjadi pemakan segala, porsi besar, dan.. (parah nih) sekali makan gak cukup satu porsi! Waduh.

Setiap waktu makan rasanya saya jadi merasa bersalah, habis dorongan untuk nambah susah dilawan sih, he he. Akhirnya saya beralih strategi, olahraga. Saya mulai rutin olahraga. Kadang-kadang ke gym, tapi seringnya sih bersepeda pagi bareng Zaka atau ikutan main bola bersama anak-anak dan ayahnya. Padahal saya tadinya paling malas berolahraga.. tapi daripada badan terus melambung ya saya jalanin juga…

Ternyata ada hasilnya lo. Badan terasa lebih segar. Lebih jarang bete dan saya (mulai) senang bergerak. Apalagi gara-gara sering ke gym saya dapat banyak teman baru yang rajin memotivasi untuk berolahraga.

Dua bulan olahraga BB saya turun 2 kg, dari target 12 kg. Lumayan.. Tapi masih jauh dari BB idaman nih.. Akhirnya, walaupun dengan berat hati saya terpaksa mulai diet lagi. Saya mulai dengan mengurangi makan malam. Makan malam saya ganti dengan 2 keping roti gandum panggang plus seulas tipis mentega. Awalnya, perut masih terasa lapar, maklum biasa rewog he he. Jadi masih ditambah satu atau dua buah pisang. Lama-lama perut saya makin terbiasa.

Setelah itu saya mulai mengurangi makan pagi, siang, dan ngemil. Buah saya perbanyak, terutama pisang karena buah ini yang selalu ada di rumah, favorit Kishan dan ayahnya. Porsi makan saya kurangi sedikit-sedikit walaupun udah ga sanggup lagi makan sedikit seperti burung (kata teman-teman kuliah saya dulu).

Setelah tiga bulan, BB saya turun 6 kg lagi lo… It’s about time, he he.. Tapi kayaknya koq mandek di situ ya.. walaupun pola makan saya makin sehat (sehat ala saya lo). Olahraga juga terus, walaupun santai.. tapi oh tapi.. kenapa BB saya tidak turun lagi? Masih kurang 4 kg menuju berat ideal nih. Musti ngapain lagi ya? Ada ide?