Friday, December 05, 2008
To Singapore with Friends
Sunday, November 30, 2008
Apalah arti sebuah nama?
Setelah berhenti bekerja rasanya nama saya jadi terdegradasi he he. Apalagi setelah mulai sering ikut kegiatan ibu-ibu di kompleks, nama saya jadi berubah. Jadi Fitri A*** G******.. atau Ibu A***. Sampai sekarang saya masih sering lupa, menulis absen dengan nama pemberian orang tua. Maklum kebiasaan lama :p.
Daaaan.. anehnya hampir semua orang tua murid memang mengenalkan diri dengan nama anaknya. Ada mama Afif, mama Arif, mama Dimas, mama Sarah dll. Rasanya tidak banyak yang mengenalkan diri dengan namanya sendiri.
Setelah saya punya Annisa, nama saya berubah lagi. Banyak yang memanggil saya dengan Fitri Annisa.. he he.. Seakan-akan Annisa adalah identitas tambahan yang melekat pada diri saya ;-).
Kenapa ya kita merasa perlu menambahkan sesuatu di belakang nama seseorang dengan nama suami/anak, atau dalam kasus saya, toko yang saya kelola? Semoga untuk memudahkan dalam mengingat dan membedakan dengan orang lain. Bukan karena identitas pribadi seorang istri/ibu jadi kurang penting setelah bersuami atau memiliki anak? Nama itu identitas yang unik bagi tiap orang bukan? Dengan terpinggirkannya nama semasa gadis, apa berarti terpinggirkan pula kehidupan pribadi seorang wanita yang sudah menikah? Hmmm...
Dalam drama Romeo & Juliet, Shakespeare menuliskan dialog Juliet,
"What's in a name? That which we call a rose
By any other name would smell as sweet."
-- Mawar akan tetap wangi, apapun namanya..
Jadi, apalah arti sebuah nama :p.
Who am I ??
Hey
I'm your life
I'm the one who takes you there
I'm your life
I'm the one who cares
they
they betray
I'm your only true friend now
they
they'll betray
I'm forever there
I'm your dream, make you real
I'm your eyes when you must steal
I'm your pain when you can't feel
sad but true
I'm your dream, mind astray
I'm your eyes while you're away
I'm your pain while you repay
you know it's sad but true
Hm.. masa muda sudah lewat :-D.
Monday, November 17, 2008
Picky Eater, berubah seiring waktu?
Dia juga menolak daging sapi dalam segala bentuk dan olahan. Begitu juga daging ayam, hanya fried chicken dari fast food atau nugget saja yang mau dia makan. Berbagai cara saya coba untuk membuatnya makan daging sapi dan ayam. Dari diblender, lalu dicampurkan ke sop, pergedel, soto dan lain-lain, atau dipresto. Kalau sedang kreatif, cincangan daging itu saya masukan di antara lembar-lembar bayam kesukaannya. Atau saya selipkan sedikit di antara tempe dan tahu goreng.. heuheu.. lumayan. Saat itu saya sudah sangat bersyukur jika sesendok daging cincang masuk ke perutnya dalam satu kali makan.
Wednesday, November 12, 2008
Saat Berpindah Kuadran
Dalam buku ini Robert Kiyosaki membagi manusia dan penghasilannya dalam 4 kuadran, yaitu:
Dari beberapa penawar, ternyata Ibu baik hati pemilik Annisa sebelumnya mempercayakan kelangsungan tokonya pada saya. Alhamdulillah rencana Allah memang yang terbaik, tanpa pikir panjang, bismillah dan menguatkan hati untuk menerima resiko apapun, kami membulatkan tekat untuk belajar berbisnis kecil-kecilan.
Toko itu adalah toko perlengkapan bayi dan anak mungil yang telah berjalan selama 7 tahun. Namanya Annisa. Saya langsung jatuh hati padanya.
Pertama kali mendapat kabar bahwa Annisa bisa saya kelola, yang terlintas dalam pikiran saya adalah, "Huaaaah... emangnya gw bisa???" Apalagi semua investasi awal berawal dari suami. Dan kemudian ditambah dengan dana hasil kredit dalam jumlah yang cukup besar... Rasanya saya tidak berani menanggung resiko jika semua dana tersebut hilang apabila usaha ini tidak berhasil. Saat itu saya juga tidak cukup percaya diri untuk memastikan setiap bulan bisa membayar kredit tersebut..
Perbedaan nyata antara pekerja dan memiliki usaha sendiri ternyata adalah keberanian mengambil resiko. Seorang pekerja akan selalu mendapat jaminan, jumlah yang akan didapatnya dalam periode tertentu (gaji perbulan, misalnya). Sedangkan saat memilih untuk terlepas dari skema gaji, seseorang harus siap untuk menerima hilangnya modal yang dipertaruhkan, ongkos operasional usaha yang tidak menentu, dan jumlah keuntungan yang harus diperjuangkan. Dan rintangan terberat selalu saat di awal. Sesuai dengan hukum kelembamam, gaya yang dibutuhkan untuk mulai bergerak selalu jauh lebih besar daripada gaya yang dibutuhkan untuk terus bergerak. Untuk saya, rintangan terberat untuk pindah kuadran adalah mengalahkan ketakutan diri sendiri.. ketakutan akan rugi.. ;-).
Alhamdulillah atas dukungan suami dan suntikan pede dari beberapa teman saya akhirnya berani untuk melangkah. Berani untuk mempertaruhkan sejumlah uang pada usaha yang masih gelap untuk saya saat itu. Berani untuk mencoba keluar dari comfort zone yang nyaman dan bergerak keluar dari kepompong rutinitas yang nyaman. Berani untuk menginjakkan kaki di kuadran yang beresiko ini :p.
Ternyata memulai usaha sangat menyenangkan. Yang pertama kali saya lakukan adalah sibuk berkonsultasi dengan teman-teman yang 'berilmu'. Saya bertanya kepada para ibu hebat di sekitar saya, menggali pengalaman dan mendengar cerita-cerita menarik yang menambah isi kepala yang sebelumnya kosong :p. Saya bahkan belajar membuat proposal bisnis sederhana dari seorang sahabat. Thanks ya Va, terbukti proposal bisnis yang saya buat itu menjadi peta yang menuntun langkah saya selanjutnya.
Begitu memulai saya dan suami tidak bisa berhenti menahan ide yang terus mengalir :-D. Bahkan karena keterbatasan sumber daya di kota kecil kami, terpaksa segala desain interior dan piranti display untuk Annisa harus dikerjakan sendiri. Hhh.. awalnya saya sangat tidak pede. Bayangkan, seorang mantan database engineer yang jarang bergaul dengan warna harus mendesain interior toko bayi! Thanks to si ayah yang selalu membesarkan hati.. Dengan segala perjuangan, akhirnya desain warna dan konsep display Annisa bisa kami selesaikan. Oya, untuk semua piranti display, itu hasil desain si Ayah yang electrical engineer lo. Ternyata bergerak keluar dari comfort zone berhasil memunculkan bakat-bakat yang selama ini terpendam ha haa..
to be continued...
Monday, October 27, 2008
Batal pergi
H - 2
Urusan administrasi beres. Insya Allah dapet seat di pesawat. Berhasil memprovokasi tiga teman baik untuk pergi bersama. YES! Kayaknya ini bakal jadi perjalanan yang asik, heboh dan menyenangkan :-D. Anak-anak ga protes. Mulai merancang daftar barang untuk dibawa. . Bikin travel plan.. mmm.. dan mulai browsing di internet. Bikin daftar things to go and how to get there. Ngeprint apa aja yang perlu dibeli (ini yang paling menyenangkan ha haaa). Mulai menulis things to do when mommy's not home. Dan rasanya (mudah-mudahan) semua memang akan baik-baik saja di rumah..
H - 1
Hari yang heboh. Dari subuh mulai nyiapin baju yang mo dibawa, dicuci dan disetrika bila perlu. Ngebrowse lagi untuk cari info yang lebih gress. Dua hari perjalanan kudu dimanfaatkan semaksimal mungkin.
09.00 - 11.00 Belanja persediaan, ngeberesin urusan rumah
11.00 - 12.00 Bawa anak-anak ke dokter karena pilek. Alhamdulillah beres.
12.00 Akomodasi - confirmed
13.00 - 14.00 Nidurin anak-anak. Ngeberesin urusan Annisa.
14.00 - 15.00 Siap-siap ke money changer
15.00 BATAL. Ternyata kami batal pergi. Hhhh.. :-(.
Memang kalau Allah belum mengizinkan, apapun bisa batal di detik terakhir. Heuheu.. batal deh having fun with other mommy :p. Alhamdulilah juga sebenernya.. karena masih beurat ninggalin anak-anak yang pilek.. Rezeki mah Allah yang ngatur ;-).
Sunday, October 12, 2008
Hijabi style
Saya menemukan gambar ini di sini.
note: punten ya kalau ada yang tidak berkenan..
Lebaranan di Duri
Liburan lebaran ini kami sekeluarga tidak mudik ke kampung. Pengen sekali-sekali ngerasain 'nikmatnya' berlebaran di rantau :p. Apalagi suami juga mendapat jatah jaga kandang taun ini, setelah 5 tahun kami selalu dapat cuti saat lebaran.
Idul Fitri kali ini si teteh ga pulang. Jadi suasana lebaran tetap terasa dengan masakan lebaran lengkap: ketupat, sayur lodeh tempe godok, semur daging, opor dan sate ayam.. mmm... Mengajarkan anak-anak untuk taraweh dan sholat subuh di mesjid selama bulan puasa juga membangkitkan nuansa lebaran yang syahdu. Dan, walaupun suara takbir dari mesjid tak terdengar, suara takbir tetap ada di rumah.. dari komputer! Thanks to youtube :-D.
Sholat Ied juga berkesan karena hujan. Untung kami membawa payung. Jadi sambil duduk menunggu waktu sholat, Kishan dan Zaka tetap aman dari hujan :p. Zaka di depan bareng ayah.. Kishan bareng ibu dan teteh. Walaupun gerimis (hampir) semua jamaah tetap duduk tenang hingga ceramah usai lo.. hanya Kishan yang tidak tahan pengen ke kamar mandi.. jadi ibu harus pergi sebelum ceramah selesai.
Tidak ada adegan balita ngambek di acara silaturahmi :-D. Wah.. ini momen lebaran yang paling menyenangkan untuk saya :p. Bersilaturahmi yang santai, tidak terlalu banyak rumah yang harus didatangi, membuat anak-anak tetap bersemangat saat bertamu. Mungkin juga karena tahun ini mereka segar, tidak lelah oleh perjalanan mudik yang panjang seperti tahun-tahun sebelumnya. Juga tidak bosan karena banyak sekali orang asing yang harus disalami di tempat-tempat yang baru juga :-/.
Kota kecil kami yang lengang setelah Idul Fitri juga selalu menjadi tempat yang asik untuk anak-anak. Jalan yang (sangat) sepi membuat mereka bebas bermain dan bersepeda. Selama masih bersama ayah dan ibu, rasanya mereka cukup happy walaupun lebaranan di pinggir hutan ha haa..
Momen lebaran adalah momen istimewa.. yang ditunggu banyak orang. Pelajaran yang saya dapat lebaran ini, adalah makin menyadari bahwa rumah adalah tempat di mana kita bersama orang-orang terkasih. Lebaran akan indah di manapun kita berada, selama bersama dengan keluarga tercinta.
Selamat Lebaran. Mohon maaf lahir dan batin.
in Pursuit of Happiness
Terpaksa mencuri dari seorang gelandangan untuk bertahan hidup, Chris tetap bertahan, dengan kepercayaan diri, cinta dan keyakinan anaknya. Ada suatu momen yang mengharukan, di suatu malam hari di rumah penampungan anaknya berkata, "Kau ayah yang baik".
Chris akhirnya berhasil menghadapi semuanya dan menjadi salah satu legenda Wall Street.
Yang agak 'mengganggu' saya adalah adegan di saat terakhir. Ketika Chris dinyatakan berhasil dalam trainingnya, dan berhak untuk bekerja di firma tersebut, dengan mendapat gaji tentunya. Chris kemudian keluar dan berjalan di kerumunan orang dengan sangat gembira. Suara di latar menyatakan (kalo ga salah, punten, soalnya bahasa Inggris saya ga ok ;-)), "Inikah kebahagiaan.. Secercah rasa yang ada saat ini.. inikah kebahagiaan?"
Inikah kebahagiaan? Kebahagiaankah saat Chris berhasil melalui segala rintangan, dan akhirnya mendapat apa yang diinginkannya (keamanan finansial dan status)? Ataukah karena perjuangannya akan berhasil? Lalu bagaimana jika ternyata dia tidak diterima bekerja dan terlempar ke jalanan, akankah dia terus mencari kebahagiaan seperti judul film ini, in pursuit of happiness?
Jika kebahagiaan adalah 'rasa' saat suatu perjuangan berhasil, apakah momen-momen tersebut hanya berhak dirasakan seorang pemenang? Jika kebahagiaan ada dengan adanya keamanan finansial dan status, adilkah itu untuk seorang fakir? Bukankah seperti rasa yang lain, adalah hak semesta untuk merasa bahagia?
Beberapa hari yang lalu seseorang mengirimkan email yang berjudul Happinesh is a voyage. Kebahagiaan adalah perjalanan, bukan tujuan yang semu. Pernahkah kita hidup di hari ini, tapi menginginkan kebahagiaan di masa datang? Berharap kebahagiaan akan datang saat kita lulus, saat menikah, saat memiliki anak, saat anak beranjak dewasa, atau saat kita mendapat pekerjaan dengan gaji lebih tinggi, rumah lebih besar, mobil lebih mewah? Berharap kebahagiaan saat hidup sesuai apa yang kita inginkan...
Akankah kita benar-benar merasakan kebahagiaan itu ketika apa yang kita inginkan akhirnya ada di genggaman? Apakah hidup akan lebih baik saat mobil kita lebih mewah? Atau kita malah mengomel karena biaya bensin yang harus kita bayarkan jadi bertambah? Apakah hidup akan lebih baik saat anak-anak lebih besar dan tidak terlalu merepotkan lagi? Atau kita malah mengenang masa di saat bayi dan balita kita begitu manis untuk dicium dan dipeluk? Apakah kita akan benar-benar bahagia saat kita letih mengejar kebahagiaan?
Seorang teman pernah berkata, "Live your life today. Make it worthwhile each and every second. Gak perlu cemas sepanjang kita bisa mempertanggung jawabkan harta, perbuatan dan waktu kita kepada Allah di akhirat nanti".
Mari memilih untuk berbahagia, sekarang ;-).
Tuesday, September 30, 2008
Mohon Maaf Lahir Batin dari Annisa
Orkut Myspace Happy Eid Mubarak Comments & Graphics
Mohon maaf saat pelayanan kurang sempurna
Mohon maaf saat senyum lupa diberikan
Mohon maaf bila ada kelalaian dalam melayani pesanan.
Mohon maaf atas bungkus kado yang kurang rapi
Mohon maaf saat kami lupa memberi kabar ketika pesanan anda datang
Mohon maaf jika kembalian kurang saat stok uang kecil habis
Mohon maaf bila barang kami tidak lengkap
Mohon maaf bila anda tidak menemukan yang dicari
Mohon maaf jika anda terpaksa berbelanja dalam gelap karena mati lampu
Mohon maaf jika sekali-kali AC mati saat PLN krisis energi
Mohon maaf jika toko kami kadang-kadang tidak rapi
Mohon maaf bila tempat parkir penuh
Mohon maaf bila anda bingung saat memilih setumpuk stok baru
Mohon maaf bila ukuran atau warna yang anda inginkan tidak tersedia
Mohon maaf saat anda harus menunggu lama di kasir saat membayar
Mohon maaf bila kami tidak tahu harga barang yang ada di katalog
Mohon maaf karena iklan kami tidak di-apdet
Mohon maaf apabila kami terlalu sering beriklan
Mohon maaf bila kami lupa menawarkan bantuan
Mohon maaf apabila kami mengganggu kenyamanan anda saat memilih
Mohon maaf saat kami kehabisan kantung kresek dan kertas kado
Mohon maaf saat anda harus menunggu
Mohon maaf bila pernah kami tidak sopan saat melayani anda
Mohon maaf saat kami keasyikan ngobrol
Mohon maaf bila toko tutup sebelum waktunya
Mohon maaf bila sms anda tidak dibalas saat kami kehabisan pulsa
Mohon maaf ketika ketidaktahuan kami membingungkan anda
Mohon maaf sebesar-besarnya atas semua kesalahan
Terima kasih telah berbelanja di Annisa :p
Mudah-mudahan kami dapat melayani Anda lebih baik lagi....
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Annisa Baby, Kids & Toys
note: Annisa libur dari tanggal 28 September - 5 Oktober 2008
Saturday, September 27, 2008
Mengenang masa lalu..
Awalnya saya tidak sadar, bahwa begitu banyak memori yang sudah hilang. Sampai saat bercakap dengan teman lama mereka mengingatkan suatu even, dan asli! saya lupa bahwa even itu pernah saya jalani! Weird.
Tapi minggu-minggu ini beberapa hal mengingatkan saya akan masa lalu. Dimulai dengan berita duka di hari sabtu 2 Agustus 2008, RIP Chiki Zoehra, seorang teman sekelas yang cantik, pintar dan baik hati. Lamaaa sekali saya tidak bertemu dan mendengar kabarnya. Dan sebuah sms di sabtu pagi membuat hati saya bergetar. Selamat tinggal teman, semoga Allah menempatkanmu di tempat yang baik di sisi-Nya. Semoga Allah menguatkan keluargamu, dan melindungi putri cantikmu senantiasa.
Chiki seumur dengan saya. Dengan hari ultah yang bersebelahan. Nama yang mirip. Sungguh, rencana Allah adalah misteri. Suatu saat akan tiba giliran saya..
Berapa hari yang lalu, obrolan dengan teman lama juga menggali memori yang tersimpan jauh. Membuat saya berpikir, betapa hidup sangat jauh berubah dalam beberapa tahun yang pendek. Di mana hal-hal yang dulu sangat penting menjadi hal-hal remeh dan tidak berarti. Sungguh, saya jadi menyadari dahsyatnya rencana Allah. Saya bayangkan bahwa hidup penuh dengan alur-alur yang kompleks, dan bahwa setiap benturan yang dialami akan membawa kita ke suatu masa depan yang berbeda. Membuat saya bertanya, bagaimanakah hidup saya jika saya lakukan hal berbeda di masa lalu?
Saat mengenang masa lalu saya sadar bahwa ada begitu banyak perbuatan bodoh yang saya lakukan yang didorong oleh emosi dan ketidaksabaran. Kadang-kadang betapa malunya saya mengingat kebodohan dan kesalahan yang saya perbuat dengan SADAR di masa lalu. Betapa kadang-kadang saya memaki diri sendiri, dan ingin pindah ke dimensi lain saat sadar dengan kebodohan masa lalu :p. Jika saja hidup adalah sebutir coklat, dan semua kejadian memalukan yang saya alami akan habis dan menghilang begitu coklat tersebut ditelan :p.
Beberapa tahun yang lalu, seorang teman yang patah hati berat di masa remaja pernah berkata, "Mungkin gw peurih banget saat ini sebagai persiapan untuk menghadapi kepahitan yang lebih dahsyat di masa depan ya..? ". Kata-kata itu menempel di pikiran saya, dan kadang-kadang saat saya diterjang ketidak-enakan hidup dan harus menguatkan diri saya berpikir, "Untung dulu pernah patah hati.. ha ha haaa... ".
Masa lalu, telah menghadiahi kita masa kini. Bagaikan laba-laba yang merajut sarangnya, setiap loncatan yang dia lakukan akhirnya membentuk suatu desain kompleks yang menghasilkan makanan untuknya. Begitu juga ternyata semua kebodohan, kesalahan, kebaikan, ketidaksengajaan, kepahlawanan, dan berbagai hal kecil dan besar yang kita lakukan ternyata membentuk kehidupan masa kini yang kompleks.
Saya tidak ingin mengubah masa lalu. Kesalahan apapun yang saya lakukan di masa lalu telah membentuk kehidupan di masa kini yang saya syukuri. Deretan kisah patah hati masa lalu telah menghadiahi saya keluarga yang saya cintai :p. Kebodohan dan kesalahan telah memberi saya teman-teman dan sahabat-sahabat yang hebat. Masa lalu yang tidak sempurna telah memberi pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Dan saya hanya bisa berharap dan berdoa, agar Allah senantiasa memberi saya petunjuk agar di masa kini saya bisa bertindak, berbuat dan berkegiatan yang menghasilkan hasil yang indah di masa depan.. dan keselamatan di akhirat kelak.. masa depan yang pasti saya temui..
Untuk para suami :p
Sedekahkan Waktu untuk Para Ibu
Oleh Maya A. Pujiati
Sangat menarik tulisan Bapak Adriano Rusfi yang dimuat ”PR”, 13 Oktober 2006. Sebuah fakta yang tak dapat disangkal bahwa meski modernisme sudah banyak memengaruhi kita, tradisi menyangkut posisi gender tak banyak bergerak, kecuali hanya pada tataran permukaan, namun tak menyentuh substansi.
Sebuah sumbangsih dari seorang bapak yang bersedia membuka mata para ayah yang mungkin lupa untuk menunaikan hak para ibu yang tak lain adalah teman hidupnya yang setia.
Para ibu adalah tameng keluarga untuk mengatasi persoalan domestik. Anak yang rewel, cucian yang menumpuk, berbelanja keperluan makan, membersihkan rumah, mengatur uang belanja, hingga menyeterika baju adalah tugas yang diembankan tradisi bagi para ibu. Meski tidak pernah termaktub secara tertulis dalam sebuah undang-undang, begitulah kenyataannya masyarakat menuntut para ibu. Acapkali dengan tuntutan itu ada hak-hak ibu tak lagi tampak sebagai hak, kecuali hanya sebuah pilihan jika situasinya memungkinkan. Satu hak ibu yang sering diabaikan adalah waktu untuk dirinya sendiri.
Ironisnya para ibu kadang-kadang tak menyadari akan hak tersebut. Tradisi telah membentuk perempuan tak lagi punya pilihan lain, sehingga ketika tiba mereka "teraniaya", mereka merasa bahwa menuntut haknya adalah sebuah kesalahan. Ketika mereka memilih untuk diam, satu sisi dalam batin mereka tetap menderita. Itulah dilema yang melanda para ibu. Macam-macam pilihan kerap muncul sebagai cara untuk melumerkan masalah yang dihadapinya. Ketika pilihan yang diambil itu positif mungkin berakhir baik. Namun tak jarang, ketika para ibu melakukan selftalk alias bicara sendiri dalam waktu yang cukup lama, pikiran yang datang justru memusnahkan harapan hidupnya. Hatinya larut dalam kesedihan yang bahkan tidak dapat mereka definisikan penyebabnya.
Benarkah setelah perempuan menjadi ibu, maka ia tak lagi berhak untuk berkarya. Siapa pun yang memahami agama, takkan mampu menemukan hujjah yang membenarkan pendapat itu. Semua sepakat, bahwa adalah hak ibu untuk merasa bahagia dalam perspektifnya yang merdeka, namun para ayah tak jarang malah mengabaikan sudut pandang si ibu dalam memandang kebahagiaan. Pernikahan yang telah berlangsung cukup lama biasanya mengaburkan identitas pribadi pasangannya masing-masing yang pada awalnya jelas berbeda satu sama lain. Padahal tanpa mengacaukan kebersamaan, menghargai identitas pribadi masing-masing adalah bagian yang indah dari kehidupan.
Bagi ibu yang telah mengenyam pendidikan tinggi, letupan-letupan di dalam hati yang mengajaknya untuk berkarya pasti selalu ada. Itulah satu bentuk kebahagian lain setelah mereka temukan kebahagiaan di ranah domestik. Jangan selalu dikira bahwa ketika seorang ibu mengatakan bahwa ia jenuh dan bosan di rumah, berarti mereka ingin bekerja keluar untuk mengais rupiah.
Seperti juga para ayah, para ibu membutuhkan variasi dalam kehidupannya, agar semangat hidupnya tetap menyala. Sebagian ibu mungkin menjaga semangat hidup mereka dengan berkompetensi membentuk anak-anaknya menjadi anak yang hebat secara intelektual, namun sebagian yang lain justru lebih bergairah hidupnya jika ia diberi waktu untuk mengekspresikan gagasan dan keterampilan yang dimilikinya dalam wujud-wujud aktivitas kongkret. Apa yang dibutuhkan ibu pada kelompok kedua? Mereka hanya butuh sedekah dari para suaminya berupa waktu luang, di mana mereka bisa mengaktualisasikan dirinya usai menunaikan kewajibannya pada keluarga.
Sebelum si ibu menikah, mungkin ada beberapa keterampilan yang sedang dikembangkan. Pernikahan dan kehamilan menghalangi mereka untuk meneruskannya. Tetapi ketika anak-anak beranjak besar, tentu tak ada salahnya para ayah membagi waktu istirahatnya untuk menjaga dan menemani anak-anak, semata demi membagi satu sisi kebahagiaan yang mungkin hanya akan dirasakan istrinya.
Biarkan sejenak sang ibu merasakan bahwa dunia ini luas, tak hanya dikelilingi tembok dan rengekan bocah-bocah kecil mereka. Teori bahwa bersosialisasi adalah kebutuhan hidup tak dapat diabaikan. Ketika kebutuhan untuk itu dihambat, maka manusia akan menderita. Tentu para ayah tak ingin tragedi terjadi pada keluarganya hanya karena si ibu tidak bahagia. Sungguh patut disadari, ketika ibu dijadikan sandaran untuk mengayomi seluruh penghuni rumah ketika si ayah pergi, ia harus bebas dari perasaan tertekan. Jika tidak, janganlah merasa aman menitipkan anak-anak dalam asuhan mereka.
Sepulang kerja, para ayah umumnya menyiapkan dirinya untuk dilayani. Mereka mungkin berdalih, bahwa mereka lelah. Oh, sadarilah bahwa istri di rumah bukan hanya duduk termangu seharian. Begitu banyak yang harus dikerjakan atas nama kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap seisi rumah. Bedanya, mereka tak dapat income dari seluruh pekerjaan yang dilakukannya di rumah, sedangkan suami datang membawa uang.
Sesekali para ayah mungkin harus mencoba untuk melakukan pekerjaan istrinya sehari penuh. Rasakan capainya dan bayangkanlah bagaimana sang istri merasakan hal yang sama setiap hari. Bisa jadi cara ini akan membuat para ayah lebih berempati pada si ibu.
Dua atau tiga jam dalam sehari setelah suami pulang kerja, atau mungkin seharian penuh di hari Minggu bisa jadi cukup untuk para ibu mengaktualisasikan kemampuannya. Adapun jika mereka memperoleh penghasilan dari apa yang mereka usahakan, tentu adalah hak istri untuk mempergunakannya sesuai keperluannya. Itu hanyalah bonus dari apa yang mereka usahakan. Bahkan tak jarang mereka juga mau membaginya untuk para ayah, semata sebagai rasa terimakasih atas waktu yang telah diberikan untuk mereka.***
(Penulis, Ibu Dua Anak, Tinggal di Bandung).
Wednesday, September 24, 2008
Edensor, by Andrea Hirata
Wednesday, August 27, 2008
Pergi
Selamat tinggal De. Kamu memang telah sangat merepotkan saya. Tapi terima kasih atas segala pelajaran yang saya dapat karena kepergianmu (jangan harap saya mau menerimamu sebagai karyawan lagi :p). Selamat atas keberanianmu memperjuangkan keinginan (dan cintamu). Semoga Allah memberikan petunjuk dan kehidupan yang lebih baik untukmu..
Sunday, August 10, 2008
Belajar (pura-pura) jadi EO
Mainan
Awalnya saya membeli mainan berdasarkan usia anak saya. Sebagai ibu baru, saat baru punya anak pertama saya membeli mainan berdasarkan 'panduan' di majalah untuk ibu baru. Ada mainan untuk menstimulasi visual, motorik ataupun sensori lainnya. Setelah punya anak kedua step by step membeli mainan bukan jadi panduan lagi.. karena si kecil sudah punya cukup lungsuran mainan dari kakaknya :p.
Saking senangnya pada mainan, saya membeli di segala tempat. Dari toko 6 ribuan sampai Toy's r Us. Dari garage sale sampai belanja online. Dari mainan rumit, sampai kardus bekas TV yang dibangun jadi rumah-rumahan pertama saat Zaka 1 tahun. Mainan juga ada di (hampir) semua ruangan di rumah saya. Soalnya arsitek-arsitek kecil saya selalu punya alasan untuk menaroh mainannya di mana saja :p.
Berdasarkan pengamatan saya, dari setumpuk mainan itu hanya beberapa yang benar-benar dicintai anak saya. Memang hampir semuanya dimainkan secara bergiliran. Tapi ada beberapa yang setiap hari pasti ditengok. Mungkin hampir seperti kalau blogwalking ya.. ada bbrp situs web yang selalu masuk daftar untuk ditengok :p.
Mainan favorit si besar adalah LEGO. Dari umur 2 taunan dia bisa menghabiskan waktu lamaaa untuk membangun menara warna-warni dari megablock. Sampai sekarang kalau sedang bergaul dengan legonya Zaka pantang diganggu. Karena mendapatkannya dengan susah payah (lego saya belikan sebagai reward kalau dia berprestasi tertentu sesuai kesepakatan), si ganteng ini cintaaa sekali pada tiap legonya. Yang menyebalkan adalah kalau ada satu bagian kecil yang hilang. Huuh.. ga gampang lo mencari satu plastik berukuran setengah sampai lima cm yang entah berada di mana. Saya heran, koq bisa ya Zaka ingat (hampir) semua koleksi legonya. Rumah bisa heboh kalau sebuah lampu kecil pesawat atau sepotong konektor lego lenyap..
Mainan favorit si kecil adalah segala kendaraan. Kishan selalu bergerak di atas sepeda roda 3 nya. Kalau Zaka mensabotase sepedanya itu, Kishan akan mengejar dengan sepeda roda 4 hadiah dari aki dan enin. Saat weekend yang longgar mereka berdua akan membuat rumah heboh dengan kendaraan berbaterai aki yang berisik, saling tabrak menabrak dan mencoba balapan di ruang tengah. Huaaaah.. heboh pisaan.. Skuter juga sering sekali lalu lalang di rumah. Zaka dengan skuter roda 2 nya sudah ahli atret dan bermanuver. Kishan dengan skuter roda 3 masih sering menjerit "Ibuuu.... toloooong" kalau dia kalah cepat dari kakaknya :p.
Yang selalu dimainkan berdua sekarang adalah kereta belanja, berisi segala pernak pernik dari kompor mainan hingga buah-buahan plastik. Kadang-kadang mereka berjualan bakso, pizza sampai koko crunch. Yang paling sering sih memasukkan segala benda di ruang tengah dari telepon sampai bingkai foto untuk dijual ke Ibu dan Ayah. Aneh juga saat saya harus membeli majalah baru dengan harga 'Lima ratus juta rupiah dan ga bisa ditawar Bu.." :p.
Seperangkat alat pertukangan juga jarang berada di rak. Walaupun kadang-kadang seperti montir yang terima bongkar tidak terima pasang, anak-anak saya suka sekali 'berlagak' bertukang. Mungkin tertular dari ayah dari yang hobi bertukang dan ngebengkel saat weekend. Tang, sekop, gergaji, obeng, kunci Inggris sampe sekop dan garu plastik adalah must have items mereka. Ngoprek mainan dan bermain di luar rumah dengan peralatan lengkap adalah saat bermain favorit. Lucu juga sih, melihat mereka sibuk pura-pura menggergaji pohon mangga, menggali tanah untuk menanam biji jagung popcorn dan sibuk 'mengganti ban' sepeda :p.
Saat-saat tenang biasanya diisi dengan menggambar, melukis dan membaca. Jadi saya pikir, peralatan menggambar dan buku adalah mainan juga :p. Spidol anak-anak sangat cepat habis, karena mereka memakainya dengan segala 'cara', dengan cara 'normal' hingga menggambar di ember berisi air.. hhhh. Buku juga favorit mereka. Ada beberapa buku yang hampir tidak pernah duduk manis di raknya, karena selalu beredar dan dibawa ke mana-mana..
Oya, favorit yang lain adalah komputer! Saat tiba jadwal untuk bermain game di komputer semua mainan lain akan kalah pamor :p.
Saya perhatikan, mainan favorit mereka tidak ada yang berbaterai! Segala mobil-mobilan, remote, mainan dengan musik dan segala mainan dengan embel-embel stimulasi visual, motorik dll di kemasannya, ternyata bukan mainan yang menjadi favorit. Saya pernah membelikan buldozer dengan remote yang diidam-idamkan Zaka, ternyata hanya seminggu mainan itu turun dari raknya. Singing Elmo dengan tombol-tombol dan pilihan 12 lagu, ternyata hanya 2 minggu menjadi favorit Kishan. Banyak mainan lain yang hanya menikmati masa bulan madu 1-2 minggu, selanjutnya bertengger di rak, dan hanya sekali-sekali dimainkan...
Jadi, yang saya pelajari adalah mainan mahal belum tentu dicintai anak-anak. Mainan yang mereka cintai adalah mainan yang bisa menjadi 'apa saja' untuk banyak imajinasi mereka.
Selamat berburu mainan favorit :p.
Thursday, June 05, 2008
Bicara Tentang Perasaan
Pernah dalam suatu masa yang lama saya mengabaikan perasaan. Saat tujuan hidup rasanya jelas, yaitu prestasi dan target untuk dicapai, hidup terasa lebih mudah. Saya tidak pernah dan tidak merasa perlu untuk berpikir tentang apa yang saya rasakan (dan apa yang orang lain rasakan) karena lebih mudah untuk fokus dan berorientasi pada tujuan. Apalagi jika tujuannya juga tidak berhubungan dengan orang lain.
Pernah dengar tentang locus of control atau LOC? Locus of control adalah sikap seseorang dalam mengartikan sebab dari suatu peristiwa. Seseorang dengan Internal LoC adalah mereka yang merasa bertanggung jawab atas kejadian-kejadian tertentu. Hasil adalah dampak langsung dari tindakannya. Sedangkan, orang dengan External LoC adalah mereka yang sering menyalahkan (atau bersyukur) atas keberuntungan, petaka, nasib, keadaan dirinya, atau kekuatan-kekuatan lain di luar kekuasaannya.
Saya terkaget-kaget, bingung dan gamang. Perasaan adalah sesuatu yang jarang sekali saya pikirkan (dan rasakan). Terbiasa berpikir dengan menggunakan logika, saya tidak ahli menggunakan rasa. Sebagai mahasiswa teknik dan engineer, saya terbiasa berpikir secara sistematis, mencari solusi yang paling efisien, dan fokus pada tujuan. Saya lupa mengasah otak kanan saya.
Pertama kali saya sadar akan tidak pekanya diri adalah saat seorang sahabat menangis di depan saya. Emosi, adalah suatu hal yang saya hindari. Karena saya tidak tahu bagaimana menghadapinya. Selama ini saya nyaman dengan teman-teman yang juga sangat logis, dan tidak ahli menghadapi kompleksnya perasaan. Waktu itu saya merasa ada yang salah dengan tidak ketidaknyamanan saat mencoba berempati, saat rasa canggung mendominasi dan saya tidak tahu apa yang harus lakukan untuk menghibur sahabat yang sedih.
Setelah anak saya makin besar saya makin bingung. Teori-teori telah saya jalankan, banyak buku yang telah saya baca, tapi tetap saya merasa ada yang kurang… menjadi ibu adalah hal yang menakjubkan, karena sungguh banyak muatan emosi yang terlibat.
Ternyata saya memang harus belajar tentang perasaan. Saya belajar, bahwa manusia bukanlah robot yang eksak, yang akan mengeluarkan output tertentu sesuai input yang diberikan, seperti yang saya pelajari tentang rangkaian listrik saat kuliah. Manusia, apalagi anak-anak, manusia kecil yang fitrah, titipan Allah, bukanlah sesuatu yang bisa saya baca dengan tepat. Masalah rumah sehari-hari sering kali tidak memerlukan solusi yang efisien, melainkan kesabaran dan hati seluas samudra. Saya belajar, untuk memahami ketidaksempurnaan, kehebohan rumah dan meledaknya emosi anak-anak sebagai bagian dari dinamika seorang ibu, dan saya harus belajar menerima bahwa saya ibu yang tidak sempurna.
Saya harus belajar dari awal untuk menggunakan perasaan. Bukan hal yang mudah, karena logika seringkali mendominasi pikiran, perbuatan dan perkataan saya. Apakah perasaan saya sudah tumpul? Apakah empati saya sudah sangat berkurang, setelah selama ini tergerus oleh segala tujuan yang sebenarnya kurang penting? Apakah selama ini saya mengabaikan perasaan banyak orang di sekeliling saya? Saya tidak tahu..
Saturday, May 03, 2008
Tamasya sehat naik busway
Naek busway sangat menyenangkan buat Zaka. Dan melihat Zaka yang bersemangat dan hepi setiap kali naek busway, Kishan yang baru 2 tahun juga jadi cinta busway :-). Sensasi naek busway untuk anak-anak saya itu dimulai saat mulai naek ke jembatan menuju halte. Jembatan logam model 'perosotan' (kata anak-anak mah) itu sangat asik untuk dinaiki, walaupun bagian pinggir bawahnya yang berlubang tanpa penahan membuat saya selalu khawatir saat anak-anak keukeuh untuk berjalan tanpa digandeng.
Sensasi berikut yang disukai anak-anak adalah 'adegan' membeli karcis. Zaka senang menghitung uang, membeli karcis dan mengamati kartu yang harus digunakan untuk masuk ke tempat menunggu bis. Ada semacam jalur masuk ke tempat tunggu, di mana kita harus menggesekkan kartu untuk memutar pagar penahan, atau menyerahkan kartu kepada petugas yang akan membuka pagar. Sayangnya, hanya di beberapa halte hal ini diberlakukan. Di kebanyakan halte orang bisa langsung masuk ke area tunggu setelah membeli tiket.
Anak-anak juga suka sekali saat melihat bus datang dari kejauhan.. seperti mendapat harta karun ha ha.. Lucu ya, ternyata hal-hal kecil saja bisa membuat seorang balita sangat senang. Hmm apa menjadi dewasa itu berarti melupakan hal-hal kecil yang bisa membuat hati riang ;-)? Melihat pintu terbuka secara otomatis, adalah hal ajaib untuk mereka. Dan menyebrang dari halte ke bus membuat si kasep merasa gagah :-).
Di bulan januari waktu kami pertama kali mencoba busway, kami memilih waktu di mana busway bakal sepi, yaitu jam kantor. Busway yang sepi jauh lebih nyaman untuk anak-anak. Jalan di akhir April kemarin itu kami kurang beruntung. Sering sekali kami mendapatkan busway yang penuh, walaupun sudah menunggu lama. Dan saya jadi menemukan karakter penumpang yang lebih egois. Zaka yang masih lima tahun dan baru setinggi dada orang dewasa, sering dibiarkan berdiri dan rada terombang-ambing di busway (walaupun dia tetap hepi dan tidak kapok naek busway). Bukan hanya Zaka, ibu hamil dan orang tua pun sering saya lihat berdiri tanpa ada yang berbaik hati menawarkan kursinya.. :-(. Apakah kepedulian sosial memang sudah sangat berkurang? Atau kerasnya hidup di jakarta membuat kenyamanan seperti kursi busway merupakan kemewahan yang sayang dibagi untuk orang lain?
Keistimewaan busway yang lain adalah kemudahan mencapai tempat tujuan. Kebun binatang Ragunan, Plaza Semanggi, Sarinah, Pasaraya Blok-M, Ancol, Gambir, Monas, sampai Stasiun Kota bisa dicapai naik busway (jalur koridor Busway bisa dilihat di sini), ditambah sedikit berjalan kaki (dan naik angkot untuk ke pasar pagi Mangga Dua). Dengan waktu tempuh yang relatif lebih cepat dibandingkan naik taksi, dan keringat yang lebih banyak he he..
Buat kami, keliling jakarta naek busway bukan saja sehat untuk dompet :-D. Dengan Rp 3.500 per orang, bisa keliling jakarta dan berpindah-pindah koridor untuk menuju tujuan. Jarak tempuh jalan kaki juga rasanya bisa memenuhi target 10K perhari he he.. belum lagi quality time saat bercanda dengan anak-anak, asiknya naik turun jembatan busway, melihat keramaian lalu lintas dari atas dan window shopping di trotoar jakarta yang rameeee dan unik, sangat menarik buat anak-anak saya yang terbiasa dengan hijaunya Duri :-D.
Buat yang ingin mencoba, berikut tips untuk naek busway bersama anak-anak berdasarkan pengalaman saya:
1. Pilih waktu saat busway relatif sepi. Jam kantor, setelah jam 10 pagi dan sebelum jam 4 sore biasanya lebih lenggang. Saat makan siang dan pulang sekolah (jam 2-an) busway sering penuh di koridor tertentu. Hindari naek busway sesudah jam 5 sore, karena sangat penuh.
2. Siapkan baju yang nyaman dan baju ganti untuk anak-anak. Naik turun jembatan busway memang menyenangkan untuk anak, tapi membuat berkeringat. Begitu juga ruang tunggu yang panas. Sedangkan dalam busway kadang-kadang AC nya terlalu dingin. Pilih tempat yang tidak langsung terkena hembusan angin AC.
3. Pegang anak-anak saat berjalan di jembatan busway. Saat jembatan sepi, usahakan mereka tetap berjalan dengan rapi. Perhatikan jalan, kadang-kadang ada bagian yang berlubang atau menonjol. Stroller bisa dibawa, tapi cukup merepotkan saat pindah dari halte ke bus dan lumayan memakan tempat di bus yang penuh.
4. Di ruang tunggu kadang-kadang masih ada yang merokok sehingga asap rokok bisa berbahaya untuk kesehatan anak. Ruangan juga cukup panas di siang hari. Usahakan sudah siap saat bus datang dan pintu terbuka. Hati-hati menyebrang ke bus karena kadang-kadang jaraknya cukup jauh. Anak di bawah 8 tahun masih perlu digandeng saat menyebrang.
5. Usahakan memilih bus yang masih memiliki tempat duduk tersisa. Jika tidak ada, berdirilah di dekat tiang yang bisa dipegang oleh anak. Anak di bawah 5 tahun lebih baik digendong. Jika menggendong sambil berdiri di atas bus, usahakan mendapatkan pegangan yang kuat dan atur posisi yang kokoh agar tidak terombang-ambing saat bus berjalan. Jika anak berdiri berpegangan, usahakan berdirinya cukup kokoh dan terlindung.
4. Pelajari jalur agar bisa berhenti di halte yang paling dekat dengan tujuan. Untuk meminimalisir jalan kaki dan anak-anak tetap semangat karena bisa melihat tempat tujuan.
5. Bawa cemilan dan air minum untuk anak. Di jembatan dan halte busway tidak ada orang berjualan.
6. Bawa payung jika diperlukan
7. Siapkan selalu tisu basah atau cairan pencuci tangan. Ramp jembatan yang dipegang anak-anak bisa membuat tangan (sangat) kotor
8. Siapkan hati agar tetap hepi :-). Naik busway tidak selalu menyenangkan. Kadang-kadang kita perlu menunggu lama, berdiri, berjalan jauh dan kepanasan. Jika ortu tetap ceria mudah-mudahan anak-anak juga tidak rewel dan tetap ceria.
Bekam
Tadi sore suami saya migrain berat, dan ujug-ujug minta di bekam. Bekam? Waduh, itu permintaan aneh euy.. Boro-boro bisa nge-bekam, saya bahkan punya pengalaman buruk dengan bekam, saat jadi migrain berat setelah pertama kali dibekam seorang teman.
Kembali ke cerita migrainnya suami saya, alhasil demi suami tercinta tadi malam saya nenangga ke sahabat yang praktisi bekam, minta kursus singkat (dan gratis ha ha). Sepulangnya dari
Oya, bekam yang saya lakukan adalah bekam kering (Hijamah Jaaffah) yaitu menghisap permukaan kulit dengan alat berbentuk mangkuk plastik dengan pompa penghisap. Lalu memijat tempat sekitarnya (istilah teman saya, sulur-sulur) tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering ini berkhasiat memperlancar aliran darah buku atau mengalirkan darah ke bagian tubuh yang kekurangan. Kalau menurut saya mah mirip dengan kerokan. Bahkan bekas-bekas bekam pada suami saya adalah punggung yang kemerahan, seperti habis kerokan.
Apakah bekam nya berhasil? Tanya saja pada suami saya he he. Menurut dia mah kepalanya terasa lebih enteng, dan tubuhnya lebih nyaman. Mungkin peredaran darahnya sudah lebih lancar ya? Semoga.. :-).
Sunday, February 24, 2008
Fashion untuk yang berhijab
Oya, saya tidak berafiliasi atau mendapat keuntungan dalam bentuk material dari website-website di bawah ini. Keuntungan yang saya peroleh hanyalah inspirasi dan ide :-).
Semoga bermanfaat
Situs lokal:
http://www.up2datetrimoda.com/
http://www.noor.co.id/
http://busanamuslimindonesia.wordpress.com/
http://www.shafira.co.id/
http://www.ranti.com/
http://www.qnov.com/
http://www.manetvision.com/
http://www.sequencefashion.com/
http://www.rumahmadani.com/
http://www.butikannisa.com/
Situs luar
http://thehijablog.wordpress.com/
http://hijabchique.blogspot.com/
http://www.welovehijab.com/
http://hijabtrendz.com/
http://hijabstyle.blogspot.com/
http://www.maraboonline.com/
http://www.artizara.com/
http://www.saouli.eu/index-en.html
http://www.easternvogue.com/abaya.htm
http://www.thehijabshop.com/
Ada yang mau menambahkan :-)?
Friday, February 22, 2008
TV untuk anak
Saya setuju, bahwa TV bisa berbahaya. Tidak dapat dipungkiri bahwa TV bisa jadi media informasi yang berguna dan gratis. Sayangnya banyak acara-acara TV lokal kita yang menyajikan sinetron yang dramatis dan mensosialisasikan kebencian dan hedonisme, berita dengan rekonstruksi kekerasan, film tentang hantu dan teman-temannya hingga infotaintment yang membuat ghibah seakan sesuatu yang wajar. Apakah semua itu baik untuk wajah-wajah riang yang antusias dan otak kecil yang menyerap dengan cepat?
Anak pertama saya sejak kecil tidak suka nonton TV. Di saat anak-anak seumurnya mulai suka Power Ranger, Thomas the Builder hingga Sponge Bob, dia tidak tertarik menonton TV. Mungkin karena saya juga kurang suka TV. Suara TV sering membuat saya terganggu, sehingga walaupun di rumah ada TV, defaultnya adalah OFF.
Saya perhatikan, ketidaksenangannya pada TV itu karena dia tidak mengerti isinya. Saat itu pemahamannya belum cukup, dan mungkin gambar yang bergerak cepat di TV tidak nyaman dilihatnya. Dia lebih suka bermain atau 'membaca'. Akhirnya saya mulai intensif mengenalkan TV padanya. Soalnya saya ingin dia mengenali humor, cerita, dan ekspresi fasial dan timbal balik dalam bersosialisasi.
Awalnya saya mengenalkan dengan Mr. Bean. Tidak berhasil. Acara yang sangat lucu ini sama sekali tidak dapat membuatnya tersenyum. Saya coba lagi, dan lagi dan ternyata yang pertama membuatnya tertarik adalah film Transporter, kiriman seorang teman. Film ini seperti Thomas the Train, tapi dengan jalan cerita yang lebih sederhana dan ekspresi tokoh-tokohnya jelas. Saya mendampinginya menonton TV sekaligus jadi narator he he.. Tadinya maksimal 5 menit dia mau menonton. Lama-lama dia bisa memahami cerita dan mulai suka acara lain seperti Thomas the Train, Bob the Builder, vcd karaoke dan musik hingga film tentang binatang. Bahkan sekarang dia bisa jadi narator junior buat adiknya :-).
Buat saya, TV sangat berguna untuk anak saya. Saya perhatikan, setelah dia bisa memahami acara yang ditontonnya, pemahamannya juga jauh lebih membaik. Dia mulai bisa menerima konsep abstrak, jadi lebih ekspresif saat mengobrol, dan pemilihan kosa katanya lebih luas. Menonton TV juga mengajarinya tentang persahabatan, humor, strategi dan kalah-menang dalam permainan.
Di rumah saya tidak ada larangan untuk menonton TV. Walaupun begitu tetap saja TV di rumah lebih sering OFF. Soalnya, walaupun sudah bisa menikmati TV, itu tetap bukan pilihan pertama anak-anak saya. Mereka lebih suka membaca (walaupun belum ahli banget), bermain bareng, atau beraktifitas yang lain. Konsekuensinya saya jaraang sekali dibiarkan nganggur.. saya harus ikut bermain, berguling, berlari, bersenam, main drama dan lain-lain he he..
Rasanya TV itu seperti mata pedang, mempunyai sisi baik dan sisi buruk. Sebagai orang tua kita memiliki otoritas, termasuk urusan menonton TV. Intinya mungkin masalah pilihan ya? Semoga pilihan kita adalah yang terbaik untuk anak-anak