Showing posts with label annisa. Show all posts
Showing posts with label annisa. Show all posts

Wednesday, November 12, 2008

Saat Berpindah Kuadran

Pernahkah anda membaca buku Rich Dad Poor Dad karya Robert Kiyosaki? Saya sendiri bukan penggemarnya, dan tidak setuju dengan beberapa hal yang dibahas dalam buku-bukunya. Walaupun begitu, terlepas dari segala kontroversinya, buku ini cukup fenomenal dengan menjadi best seller, berhasil mengubah paradigma banyak orang dan membangkitkan semangat wirausaha.

Dalam buku ini Robert Kiyosaki membagi manusia dan penghasilannya dalam 4 kuadran, yaitu:
1. E (Employee) yang mendapat penghasilan bulanan tetap dari perusahaan
2. B (Business Owner) yaitu pemilik usaha yang mendapat penghasilan dari usahanya tersebut
3. S (Self Employed) adalah profesional yang mendapat penghasilan dari keahliannya tanpa perlu terikat pada suatu institusi tertentu, dan
4. I (Investor) yang mendapatkan penghasilan dari hasil investasinya tanpa perlu bekerja/berbisnis

Pindah kuadran adalah istilah untuk seseorang yang berpindah dari satu kuadran ke kuadran lainnya. Biasanya istilah ini digunakan untuk menunjukkan perpindahan dari kuadran kiri (Employee, Self Employed) ke kuadran kanan (Business Owner, Investor).

Pindah kuadran biasanya memerlukan pengorbanan dan energi yang cukup besar. Karena saat seseorang telah cukup lama berada di kuadran tertentu, seseorang akan masuk ke dalam comfort zone sehingga cenderung menolak perubahan (ingat Hukum Kelembamam?).

Saya sendiri pernah berpindah kuadran. Perpindahan pertama adalah dari kuadran E (Employee) ke kuadran yang tidak ada dalam diagram. Rupanya om Robert Kiyosaki lupa memasukkan klasifikasi untuk ibu-ibu rumah tangga yang setiap bulan mendapat jatah belanja dari suami tercinta he he.. (sambil mikir.. jangan-jangan itu termasuk kuadran Self Employed..).

Setahun yang lalu saya mendapat kesempatan untuk mengakuisisi suatu toko kecil mungil yang ada di dekat perumahan tempat saya tinggal. Semuanya berjalan begitu cepat. Sungguh, saat itu saya sama sekali buta dengan bisnis retail. Sejak masa sekolah dan kuliah cita-cita saya adalah BEKERJA. Lebih spesifik lagi, cita-cita muda saya adalah bekerja di perusahaan multinasional, dengan gaji yang cukup untuk mencicil kreditan mobil kecil supaya saya tidak perlu berjalan kaki ke mana-mana :p. Sama sekali tidak pernah terlintas di benak saya untuk memiliki usaha sendiri. Apalagi setelah akhirnya bekerja, memang lebih enak melihat rekening di bank bertambah setiap akhir bulan :p.

Dari beberapa penawar, ternyata Ibu baik hati pemilik Annisa sebelumnya mempercayakan kelangsungan tokonya pada saya. Alhamdulillah rencana Allah memang yang terbaik, tanpa pikir panjang, bismillah dan menguatkan hati untuk menerima resiko apapun, kami membulatkan tekat untuk belajar berbisnis kecil-kecilan.

Toko itu adalah toko perlengkapan bayi dan anak mungil yang telah berjalan selama 7 tahun. Namanya Annisa. Saya langsung jatuh hati padanya.

Pertama kali mendapat kabar bahwa Annisa bisa saya kelola, yang terlintas dalam pikiran saya adalah, "Huaaaah... emangnya gw bisa???" Apalagi semua investasi awal berawal dari suami. Dan kemudian ditambah dengan dana hasil kredit dalam jumlah yang cukup besar... Rasanya saya tidak berani menanggung resiko jika semua dana tersebut hilang apabila usaha ini tidak berhasil. Saat itu saya juga tidak cukup percaya diri untuk memastikan setiap bulan bisa membayar kredit tersebut..

Perbedaan nyata antara pekerja dan memiliki usaha sendiri ternyata adalah keberanian mengambil resiko. Seorang pekerja akan selalu mendapat jaminan, jumlah yang akan didapatnya dalam periode tertentu (gaji perbulan, misalnya). Sedangkan saat memilih untuk terlepas dari skema gaji, seseorang harus siap untuk menerima hilangnya modal yang dipertaruhkan, ongkos operasional usaha yang tidak menentu, dan jumlah keuntungan yang harus diperjuangkan. Dan rintangan terberat selalu saat di awal. Sesuai dengan hukum kelembamam, gaya yang dibutuhkan untuk mulai bergerak selalu jauh lebih besar daripada gaya yang dibutuhkan untuk terus bergerak. Untuk saya, rintangan terberat untuk pindah kuadran adalah mengalahkan ketakutan diri sendiri.. ketakutan akan rugi.. ;-).

Alhamdulillah atas dukungan suami dan suntikan pede dari beberapa teman saya akhirnya berani untuk melangkah. Berani untuk mempertaruhkan sejumlah uang pada usaha yang masih gelap untuk saya saat itu. Berani untuk mencoba keluar dari comfort zone yang nyaman dan bergerak keluar dari kepompong rutinitas yang nyaman. Berani untuk menginjakkan kaki di kuadran yang beresiko ini :p.

Ternyata memulai usaha sangat menyenangkan. Yang pertama kali saya lakukan adalah sibuk berkonsultasi dengan teman-teman yang 'berilmu'. Saya bertanya kepada para ibu hebat di sekitar saya, menggali pengalaman dan mendengar cerita-cerita menarik yang menambah isi kepala yang sebelumnya kosong :p. Saya bahkan belajar membuat proposal bisnis sederhana dari seorang sahabat. Thanks ya Va, terbukti proposal bisnis yang saya buat itu menjadi peta yang menuntun langkah saya selanjutnya.

Begitu memulai saya dan suami tidak bisa berhenti menahan ide yang terus mengalir :-D. Bahkan karena keterbatasan sumber daya di kota kecil kami, terpaksa segala desain interior dan piranti display untuk Annisa harus dikerjakan sendiri. Hhh.. awalnya saya sangat tidak pede. Bayangkan, seorang mantan database engineer yang jarang bergaul dengan warna harus mendesain interior toko bayi! Thanks to si ayah yang selalu membesarkan hati.. Dengan segala perjuangan, akhirnya desain warna dan konsep display Annisa bisa kami selesaikan. Oya, untuk semua piranti display, itu hasil desain si Ayah yang electrical engineer lo. Ternyata bergerak keluar dari comfort zone berhasil memunculkan bakat-bakat yang selama ini terpendam ha haa..

to be continued...

Wednesday, August 27, 2008

Pergi

Seorang karyawan saya mendadak 'menghilang' beberapa waktu yang lalu. Dia tidak datang pada waktu yang ditentukan saat pergantian shift dan hp nya tidak dapat dihubungi sama sekali. Besok paginya saya mendapat kejutan, saat mendapat kabar bahwa dia ternyata tidak pulang ke rumahnya malam itu.

Jadi hebohlah. Kami semua bingung di mana dia berada, dia seolah hilang tanpa jejak. Saya jadi menyadari, ternyata HP memang teknologi canggih yang kadang-kadang berfungsi seperti DNA, menjadi jejak unik seorang individu. Saya baru ngeh, bahwa saat ini keberadaan seseorang identik dengan kebisaan no handphonenya untuk dihubungi. Saat berpuluh kali saya mendapati, "Nomor yang anda panggil tidak dapat dihubungi", saya mulai menyadari karyawan saya benar-benar menghilang...

Keesokan paginya diawali dengan telepon yang mengacaukan hati saya. Kakak kandung karyawan saya tersebut menelpon, dan bercerita dengan kegundahannya atas kepergian si adik perempuan. Semalaman tidak tidur, si kakak menghabiskan waktu mengelilingi Duri di waktu malam. Mencari ke seluruh pelosok, dan tidak berhasil juga.

Hari itu toko tutup. Saat itu saya hanya punya 3 karyawan. Dengan satu karyawan cuti, satu karyawan kuliah dan karyawan yang bertanggung jawab atas toko hari itu malah menghilang, tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Itulah pertama kalinya Annisa tutup tanpa rencana...

Beberapa hari berlalu tanpa ada kabar. Annisa kembali berjalan seperti biasa, walaupun jadi merepotkan karena setiap hari saya harus ikut menjaga toko. Saat itu saya temukan, bahwa terjadi masalah keuangan di toko. Jumlah yang cukup besar menghilang dari toko.. dan sejumlah transaksi perlu dipertanyakan. Satu set kunci toko lengkap juga turut menghilang.. inna lillahi. Menyebalkan. Walaupun begitu, saya anggap ini pelajaran yang sangat berharga. Mungkin ini kurikulum yang harus saya lewati, agar bisa menerapkan manajemen yang lebih aman dan terkontrol dalam menjalankan toko..

Seminggu kemudian akhirnya didapat kabar, bahwa yang menghilang telah ditemukan. Ada di ujung terjauh negeri ini. Sementara seluruh keluarga di sini kelimpungan dengan harap-harap cemas, dia bahagia dalam bulan madunya dengan seseorang yang baru dikenalnya selama 2 bulan..

Hhhhh...secepat itu? Aapakah cinta memang dapat membuat orang melalaikan tanggung jawab, menyakiti orang-orang yang dikasihi, melanggar kepercayaan, dan merepotkan semua orang?
Dan apakah cinta memiliki kekuatan sangat kuat untuk membuat seseorang pergi? Pergi dari keluarganya, dari pekerjaannya, dari hidupnya? Pergi meninggalkan nama baik yang tercemar, kepercayaan yang tercoreng dan tugas yang tidak terselesaikan?
Semudah itukah untuk pergi? Mengganti kehidupan dengan skenario yang baru, bagaikan membuka buku baru saat buku lama teronggok terabaikan?

Yang saya pelajari dari kasus tersebut adalah pentingnya mempercayai instuisi. Dari awal, perasaan saya sudah tidak nyaman saat mewawancarainya. Waktu itu dia diterima, karena adanya rekomendasi dari karyawan lama yang saya sayangi dan percayai. Tetapi, dalam perjalanan waktu, pekerjaannya memang di bawah standar, dan sudah beberapa kali dia mendapat peringatan keras.

Mungkin saya harus lebih mempercayai perasaan. Dan tidak bersembunyi di balik rasa kasihan dan logika. Mungkin ini teguran, agar saya lebih memperhatikan Annisa sebagai amanah. Menerapkan manajemen yang lebih profesional, dan memperkecil kesempatan seseorang memanipulasi aset. Mungkin ini peringatan dari Allah, untuk lebih meyakinkan diri saya bahwa rezeki adalah hak Allah.. bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah.. dan bahwa rencanya-Nya sungguh suatu misteri..

Selamat tinggal De. Kamu memang telah sangat merepotkan saya. Tapi terima kasih atas segala pelajaran yang saya dapat karena kepergianmu (jangan harap saya mau menerimamu sebagai karyawan lagi :p). Selamat atas keberanianmu memperjuangkan keinginan (dan cintamu). Semoga Allah memberikan petunjuk dan kehidupan yang lebih baik untukmu..