Sunday, October 12, 2008

in Pursuit of Happiness

Saya menonton film ini beberapa kali (akhirnya selesai juga ;-)). Film yang dibintangi oleh Will Smith ini terinspirasi dari kisah nyata Chris Gardner, seorang salesman yang berjuang untuk mendapat kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan anak laki-lakinya yang saat itu berumur 5 tahun, Christopher (diperankan oleh Jaden Smith, anak laki-laki Will Smith sendiri). Chris harus membesarkan anaknya sendirian, dalam keadaan tidak berpenghasilan walaupun dia berhasil diterima dalam program 6-bulan-training-tanpa-gaji di suatu firma investasi beken.

Chris dan anaknya terusir dari apartemen mereka. Terpaksa tidur di rumah penampungan, dengan perjuangan karena antrian yang sangat panjang, bahkan tidur di dalam kamar mandi terkunci di stasiun. Chris juga merasakan kepahitan, saat harus bertahan hidup dengan $21 karena pemerintah mengambil paksa $600 dari rekeningnya untuk pembayaran pajak.

Terpaksa mencuri dari seorang gelandangan untuk bertahan hidup, Chris tetap bertahan, dengan kepercayaan diri, cinta dan keyakinan anaknya. Ada suatu momen yang mengharukan, di suatu malam hari di rumah penampungan anaknya berkata, "Kau ayah yang baik".

Chris akhirnya berhasil menghadapi semuanya dan menjadi salah satu legenda Wall Street.

Yang agak 'mengganggu' saya adalah adegan di saat terakhir. Ketika Chris dinyatakan berhasil dalam trainingnya, dan berhak untuk bekerja di firma tersebut, dengan mendapat gaji tentunya. Chris kemudian keluar dan berjalan di kerumunan orang dengan sangat gembira. Suara di latar menyatakan (kalo ga salah, punten, soalnya bahasa Inggris saya ga ok ;-)), "Inikah kebahagiaan.. Secercah rasa yang ada saat ini.. inikah kebahagiaan?"

Inikah kebahagiaan? Kebahagiaankah saat Chris berhasil melalui segala rintangan, dan akhirnya mendapat apa yang diinginkannya (keamanan finansial dan status)? Ataukah karena perjuangannya akan berhasil? Lalu bagaimana jika ternyata dia tidak diterima bekerja dan terlempar ke jalanan, akankah dia terus mencari kebahagiaan seperti judul film ini, in pursuit of happiness?

Jika kebahagiaan adalah 'rasa' saat suatu perjuangan berhasil, apakah momen-momen tersebut hanya berhak dirasakan seorang pemenang? Jika kebahagiaan ada dengan adanya keamanan finansial dan status, adilkah itu untuk seorang fakir? Bukankah seperti rasa yang lain, adalah hak semesta untuk merasa bahagia?

Beberapa hari yang lalu seseorang mengirimkan email yang berjudul Happinesh is a voyage. Kebahagiaan adalah perjalanan, bukan tujuan yang semu. Pernahkah kita hidup di hari ini, tapi menginginkan kebahagiaan di masa datang? Berharap kebahagiaan akan datang saat kita lulus, saat menikah, saat memiliki anak, saat anak beranjak dewasa, atau saat kita mendapat pekerjaan dengan gaji lebih tinggi, rumah lebih besar, mobil lebih mewah? Berharap kebahagiaan saat hidup sesuai apa yang kita inginkan...

Akankah kita benar-benar merasakan kebahagiaan itu ketika apa yang kita inginkan akhirnya ada di genggaman? Apakah hidup akan lebih baik saat mobil kita lebih mewah? Atau kita malah mengomel karena biaya bensin yang harus kita bayarkan jadi bertambah? Apakah hidup akan lebih baik saat anak-anak lebih besar dan tidak terlalu merepotkan lagi? Atau kita malah mengenang masa di saat bayi dan balita kita begitu manis untuk dicium dan dipeluk? Apakah kita akan benar-benar bahagia saat kita letih mengejar kebahagiaan?

Seorang teman pernah berkata, "Live your life today. Make it worthwhile each and every second. Gak perlu cemas sepanjang kita bisa mempertanggung jawabkan harta, perbuatan dan waktu kita kepada Allah di akhirat nanti".

Mari memilih untuk berbahagia, sekarang ;-).

No comments: