Selama lebih dari 20 tahun saya terbiasa menuliskan nama pemberian ortu: Fitri O********. Identitas itu yang saya bawa ke mana-mana. Setelah menikah pun, walaupun di kantor memungkinkan menggunakan surname, saya tetap menggunakan nama saya sendiri, karena saya dan suami (seperti sebagian besar orang Indonesia) tidak punya nama keluarga maupun nama marga. Nama itu melekat di alamat email, kartu nama, panggilan yang menunjukkan identitas saya sebagai seseorang.
Setelah berhenti bekerja rasanya nama saya jadi terdegradasi he he. Apalagi setelah mulai sering ikut kegiatan ibu-ibu di kompleks, nama saya jadi berubah. Jadi Fitri A*** G******.. atau Ibu A***. Sampai sekarang saya masih sering lupa, menulis absen dengan nama pemberian orang tua. Maklum kebiasaan lama :p.
Setelah berhenti bekerja rasanya nama saya jadi terdegradasi he he. Apalagi setelah mulai sering ikut kegiatan ibu-ibu di kompleks, nama saya jadi berubah. Jadi Fitri A*** G******.. atau Ibu A***. Sampai sekarang saya masih sering lupa, menulis absen dengan nama pemberian orang tua. Maklum kebiasaan lama :p.
Di sekolah anak, nama saya berubah lagi mengikuti nama anak. Saya dikenal sebagai 'Mama Zaka'. Panggilan itu sempat membuat Zaka bingung lo.. soalnya di rumah dia mengenal saya dengan 'Ibu', bukan mama.
Daaaan.. anehnya hampir semua orang tua murid memang mengenalkan diri dengan nama anaknya. Ada mama Afif, mama Arif, mama Dimas, mama Sarah dll. Rasanya tidak banyak yang mengenalkan diri dengan namanya sendiri.
Setelah saya punya Annisa, nama saya berubah lagi. Banyak yang memanggil saya dengan Fitri Annisa.. he he.. Seakan-akan Annisa adalah identitas tambahan yang melekat pada diri saya ;-).
Kenapa ya kita merasa perlu menambahkan sesuatu di belakang nama seseorang dengan nama suami/anak, atau dalam kasus saya, toko yang saya kelola? Semoga untuk memudahkan dalam mengingat dan membedakan dengan orang lain. Bukan karena identitas pribadi seorang istri/ibu jadi kurang penting setelah bersuami atau memiliki anak? Nama itu identitas yang unik bagi tiap orang bukan? Dengan terpinggirkannya nama semasa gadis, apa berarti terpinggirkan pula kehidupan pribadi seorang wanita yang sudah menikah? Hmmm...
Dalam drama Romeo & Juliet, Shakespeare menuliskan dialog Juliet,
"What's in a name? That which we call a rose
By any other name would smell as sweet."
-- Mawar akan tetap wangi, apapun namanya..
Jadi, apalah arti sebuah nama :p.
Daaaan.. anehnya hampir semua orang tua murid memang mengenalkan diri dengan nama anaknya. Ada mama Afif, mama Arif, mama Dimas, mama Sarah dll. Rasanya tidak banyak yang mengenalkan diri dengan namanya sendiri.
Setelah saya punya Annisa, nama saya berubah lagi. Banyak yang memanggil saya dengan Fitri Annisa.. he he.. Seakan-akan Annisa adalah identitas tambahan yang melekat pada diri saya ;-).
Kenapa ya kita merasa perlu menambahkan sesuatu di belakang nama seseorang dengan nama suami/anak, atau dalam kasus saya, toko yang saya kelola? Semoga untuk memudahkan dalam mengingat dan membedakan dengan orang lain. Bukan karena identitas pribadi seorang istri/ibu jadi kurang penting setelah bersuami atau memiliki anak? Nama itu identitas yang unik bagi tiap orang bukan? Dengan terpinggirkannya nama semasa gadis, apa berarti terpinggirkan pula kehidupan pribadi seorang wanita yang sudah menikah? Hmmm...
Dalam drama Romeo & Juliet, Shakespeare menuliskan dialog Juliet,
"What's in a name? That which we call a rose
By any other name would smell as sweet."
-- Mawar akan tetap wangi, apapun namanya..
Jadi, apalah arti sebuah nama :p.
2 comments:
'apalah arti sebuah nama' :D
Belum merasakan, nanti mungkin setelah Rara mulai sekolah.
di sekolahnya Fino aku juga suka dipanggil "Fino's mom" :)
Post a Comment