Senin 16 Maret 2009 malam rasanya adalah malam terpanjang dalam hidup saya. Saat itu saya berada di Emergency Room, Medical Duri, memangku Kishan yang dalam keadaan 'fly' dan muntah-muntah. Mukanya pucat, dan terus terbaring dalam tidur yang tidak tenang. Setiap kali bergerak dia menangis dan mengeluh kepalanya sakit. Sedikit guncangan atau perpindahan posisi akan membuatnya muntah. Masker oksigen terpasang di wajahnya...
Anda yang pernah memiliki anak di rumah sakit, pasti tahu perasaan saya saat itu. Sedih, cemas, bingung, agak panik.. itu yang saya rasakan saat menungguinya. Saat itu, seakan semua masalah yang lain tidak penting, hanya ruang emergency itu yang nyata.
Senin jam 2 siang kepala bagian belakangnya terbentur keras saat dia bermain dengan Zaka. Setelah terbentur Kishan sempat menangis sebentar, terus tertidur dan bangun hanya untuk muntah. Sesorean itu dia hanya tidur dan sangat lemas.. hilang semua kelincahannya, kehebohan dan keberisikannya. Responnya juga lambat.. saat ditanya apapun dia hanya memandang dengan nanar dan tidak fokus. Sedikit saja gerakan membuatnya muntah, dan menangis sambil berkata kepalanya sakit.. duh.. :-(.
Saya bawa ke emergency jam 4 sore, alhamdulillah langsung diperiksa dokter dan ditangani dengan baik di sana. Selama 8 jam di ruang emergency, Kishan diobservasi, diberi selang/masker oksigen yang harus saya pegangi terus sedekat mungkin dengan wajahnya (karena dia marah bila selang/masker itu menempel di wajahnya). Selama itu tak lepas zikir saya lafalkan, hati saya kuatkan.. untuk belajar ikhlas dan memohon pertolongan Allah..
Bukankah anak adalah amanah yang sangat indah, dan berat? Di saat seperti itu, saya sadar betapa beruntungnya saya selama ini. Hari-hari yang saya lewati, dengan segala kelincahan dan keberisikan, tawa dan canda, tangis dan teriakan, nyanyian dan obrolan dengan anak-anak adalah nikmat yang sangaaat berharga yang sering tidak saya sadari. Malam itu hati saya berat, menyadari betapa sering saya tidak bersyukur atas kemurahan-Nya.. Betapa saya adalah mahluk sangat lemah, yang tidak dapat berbuat apapun saat sepotong hati saya terbaring di ranjang emergency..
Anak adalah titipan. Apakah selama ini saya menyadarinya? Apakah saya cukup bersyukur, mendapat titipan yang menyenangkan hati, yang mencerahkan dan mewarnai hari-hari.. apakah dada saya akan cukup lapang untuk menyadari bahwa anak-anak bukanlah milik saya? Astagfirullah.
Malam itu sangat spiritual untuk saya. Sebagai seorang ibu saya selalu berusaha melindungi anak-anak saya, menjaga mereka, memastikan mereka mendapat makanan yang sehat, hangat dan nyaman, tidur tepat waktu, melakukan aktifitas yang positif dan berbagai hal yang biasa dilakukan oleh seorang ibu. Semua hal tersebut menjadi rutin, kebiasaan yang saya jalani setiap hari. Saya sering lupa, betapa beruntungnya saya dengan rumah yang berwarna dan ceria oleh tawa dan tangis anak-anak. Saya menyesal, sering khilaf dengan marah dan emosi, saat perilaku anak-anak tidak sesuai dengan yang saya inginkan... saya tersadar, bahwa saya hanyalah ibu, tanpa kemampuan untuk menggenggam hidup anak saya di tangan saya...
Jam 12 malam akhirnya Kishan dipindahkan ke ruang rawat inap. Masih dalam keadaan 'fly' dan lemah, walaupun muntahnya sudah berkurang. Bahkan saat lengannya disuntik untuk diinfus pun dia 'pasrah'.. *ibu kangen jeritanmu saat disuntik, Nak*. Alhamdulillah akhirnya saya pun dapat berbaring sejenak sambil tetap memegangi masker oksigen Kishan. Total jendral malam itu saya hanya tidur 1 jam.
Saat pagi datang, dan waktunya untuk mandi dan sarapan Kishan tetap tidur. Para perawat menganjurkan agar saya tidak membangunkan Kishan. Saya tunggu.. dan tunggu dia bangun sambil menatap wajahnya yang mungil. Duh.. betapa saya mencintainya...
Ketika dokter visit, dia belum juga bangun. Dokter memeriksanya dan berkata bahwa jika Kishan muntah lagi hari ini, kami akan langsung dikirim ke Pekanbaru untuk CT Scan. Pagi ini jadwalnya adalah x-ray.
Jam 8 pagi akhirnya dia membuka matanya. Plong hati saya rasanya saat dia tersenyum dan senyum saya makin lebar saat dia berteriak "lapaaaaar!". Alhamdulillah, kamu sudah kembali, Nak :p. Hari itu rasanya saya ingin selalu tersenyum. Memandang Kishan yang kembali lincah dan jail, walaupun sebelah lengannya terikat pada infus. Matanya masih sembab, dia masih lebih suka berbaring daripada duduk. Tapi responnya sudah sangat membaik, dan tidak lagi mengeluh kepalanya sakit.. alhamdulillah.
Nafsu makannya juga sudah kembali. Kotor seluruh ranjangnya pagi itu, karena dia makan telur rebus sendiri. Terharu saya melihat kemandiriannya mengupas telur, dan saat tangannya menyendok sambil terus berceloteh. Subhanallah.. teringat saya di malam sebelumnya saat responnya mengkhawatirkan. Terima kasih Tuhan..
Di siang hari dia makin bawel. Bahkan dipanggil-panggilnya Dokter karena ingin pulang ke rumah :p. Walaupun kondisinya baik, ternyata dia masih harus dipantau karena masa krisisnya 2 hari.
Hingga hari berikutnya, kondisi Kishan makin baik *a.ka makin heboh*. Dia ribut mencari mainannya dan memesan agar dibawakan lego dari rumah. Selama di rumah sakit juga nafsu makannya cukup baik, dan responnya semakin lama semakin baik. Hasil x-ray nya juga baik. Akhirnya di hari Kamis kami diperbolehkan pulang kembali, dengan setumpuk nasihat agar saya memperhatikan dengan teliti kondisinya hingga 2 minggu ke depan.
Alhamdulillah... saat ini sudah lebih dari 1 minggu, dan Kishan tetap lincah dan berisik. Walaupun saya jadi rada paranoid, dan tidak ingin jauh-jauh darinya lagi. Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungimu, Nak..
Anda yang pernah memiliki anak di rumah sakit, pasti tahu perasaan saya saat itu. Sedih, cemas, bingung, agak panik.. itu yang saya rasakan saat menungguinya. Saat itu, seakan semua masalah yang lain tidak penting, hanya ruang emergency itu yang nyata.
Senin jam 2 siang kepala bagian belakangnya terbentur keras saat dia bermain dengan Zaka. Setelah terbentur Kishan sempat menangis sebentar, terus tertidur dan bangun hanya untuk muntah. Sesorean itu dia hanya tidur dan sangat lemas.. hilang semua kelincahannya, kehebohan dan keberisikannya. Responnya juga lambat.. saat ditanya apapun dia hanya memandang dengan nanar dan tidak fokus. Sedikit saja gerakan membuatnya muntah, dan menangis sambil berkata kepalanya sakit.. duh.. :-(.
Saya bawa ke emergency jam 4 sore, alhamdulillah langsung diperiksa dokter dan ditangani dengan baik di sana. Selama 8 jam di ruang emergency, Kishan diobservasi, diberi selang/masker oksigen yang harus saya pegangi terus sedekat mungkin dengan wajahnya (karena dia marah bila selang/masker itu menempel di wajahnya). Selama itu tak lepas zikir saya lafalkan, hati saya kuatkan.. untuk belajar ikhlas dan memohon pertolongan Allah..
Bukankah anak adalah amanah yang sangat indah, dan berat? Di saat seperti itu, saya sadar betapa beruntungnya saya selama ini. Hari-hari yang saya lewati, dengan segala kelincahan dan keberisikan, tawa dan canda, tangis dan teriakan, nyanyian dan obrolan dengan anak-anak adalah nikmat yang sangaaat berharga yang sering tidak saya sadari. Malam itu hati saya berat, menyadari betapa sering saya tidak bersyukur atas kemurahan-Nya.. Betapa saya adalah mahluk sangat lemah, yang tidak dapat berbuat apapun saat sepotong hati saya terbaring di ranjang emergency..
Anak adalah titipan. Apakah selama ini saya menyadarinya? Apakah saya cukup bersyukur, mendapat titipan yang menyenangkan hati, yang mencerahkan dan mewarnai hari-hari.. apakah dada saya akan cukup lapang untuk menyadari bahwa anak-anak bukanlah milik saya? Astagfirullah.
Malam itu sangat spiritual untuk saya. Sebagai seorang ibu saya selalu berusaha melindungi anak-anak saya, menjaga mereka, memastikan mereka mendapat makanan yang sehat, hangat dan nyaman, tidur tepat waktu, melakukan aktifitas yang positif dan berbagai hal yang biasa dilakukan oleh seorang ibu. Semua hal tersebut menjadi rutin, kebiasaan yang saya jalani setiap hari. Saya sering lupa, betapa beruntungnya saya dengan rumah yang berwarna dan ceria oleh tawa dan tangis anak-anak. Saya menyesal, sering khilaf dengan marah dan emosi, saat perilaku anak-anak tidak sesuai dengan yang saya inginkan... saya tersadar, bahwa saya hanyalah ibu, tanpa kemampuan untuk menggenggam hidup anak saya di tangan saya...
Jam 12 malam akhirnya Kishan dipindahkan ke ruang rawat inap. Masih dalam keadaan 'fly' dan lemah, walaupun muntahnya sudah berkurang. Bahkan saat lengannya disuntik untuk diinfus pun dia 'pasrah'.. *ibu kangen jeritanmu saat disuntik, Nak*. Alhamdulillah akhirnya saya pun dapat berbaring sejenak sambil tetap memegangi masker oksigen Kishan. Total jendral malam itu saya hanya tidur 1 jam.
Saat pagi datang, dan waktunya untuk mandi dan sarapan Kishan tetap tidur. Para perawat menganjurkan agar saya tidak membangunkan Kishan. Saya tunggu.. dan tunggu dia bangun sambil menatap wajahnya yang mungil. Duh.. betapa saya mencintainya...
Ketika dokter visit, dia belum juga bangun. Dokter memeriksanya dan berkata bahwa jika Kishan muntah lagi hari ini, kami akan langsung dikirim ke Pekanbaru untuk CT Scan. Pagi ini jadwalnya adalah x-ray.
Jam 8 pagi akhirnya dia membuka matanya. Plong hati saya rasanya saat dia tersenyum dan senyum saya makin lebar saat dia berteriak "lapaaaaar!". Alhamdulillah, kamu sudah kembali, Nak :p. Hari itu rasanya saya ingin selalu tersenyum. Memandang Kishan yang kembali lincah dan jail, walaupun sebelah lengannya terikat pada infus. Matanya masih sembab, dia masih lebih suka berbaring daripada duduk. Tapi responnya sudah sangat membaik, dan tidak lagi mengeluh kepalanya sakit.. alhamdulillah.
Nafsu makannya juga sudah kembali. Kotor seluruh ranjangnya pagi itu, karena dia makan telur rebus sendiri. Terharu saya melihat kemandiriannya mengupas telur, dan saat tangannya menyendok sambil terus berceloteh. Subhanallah.. teringat saya di malam sebelumnya saat responnya mengkhawatirkan. Terima kasih Tuhan..
Di siang hari dia makin bawel. Bahkan dipanggil-panggilnya Dokter karena ingin pulang ke rumah :p. Walaupun kondisinya baik, ternyata dia masih harus dipantau karena masa krisisnya 2 hari.
Hingga hari berikutnya, kondisi Kishan makin baik *a.ka makin heboh*. Dia ribut mencari mainannya dan memesan agar dibawakan lego dari rumah. Selama di rumah sakit juga nafsu makannya cukup baik, dan responnya semakin lama semakin baik. Hasil x-ray nya juga baik. Akhirnya di hari Kamis kami diperbolehkan pulang kembali, dengan setumpuk nasihat agar saya memperhatikan dengan teliti kondisinya hingga 2 minggu ke depan.
Alhamdulillah... saat ini sudah lebih dari 1 minggu, dan Kishan tetap lincah dan berisik. Walaupun saya jadi rada paranoid, dan tidak ingin jauh-jauh darinya lagi. Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungimu, Nak..
4 comments:
selalu menyedihkan kalo anak lg sakit apalagi kl harus sampe msk rs ya.. Semoga Kishan cepat pulih :)
mudah2an kishan cepet sembuh. emang hati kayak diiris2 kalo ngeliat anak sakit :(
syukur kalo udah sembuh jadi ortunya legaan.
ow... i wish, wish, wish.... will married soon and have children... subhanallah! ^_^
Post a Comment