Deket-deket ke acara perpisahannya Zaka makin hari makin malas untuk sekolah. Bangun, mandi dan sarapannya sih ga susah. Tapi.. makin dekat ke jam 8 pagi, makin sering dia nanya-nanya, “Jam berapa sih? Belum jam delapan kan? Masih jam 7 koq… “. Dan.. tampangnya rada manyun saat jam 8 tiba. Sejak 2 minggu yang lalu pun dia ogah naik bus ke sekolah, “Zaka mau dianter Ibu. Trus ibu nungguin Zaka di luar ampe Zaka pulang.. “. Itu persyaratannya untuk ke sekolah.
Ternyata beberapa minggu terakhir dia tidak nyaman dengan hebohnya acara perpisahan di sekolahnya. Memang sangat heboh sih. Setiap hari anak-anak dari 3 sekolah disatukan di sekolahnya (2 TK yang lain dalam yayasan yang sama sebetulnya punya gedung sendiri, tapi menjelang perpisahan mereka tiap hari sekolah di tempat Zaka untuk berlatih). Sekolahnya yang biasanya santai dan nyaman jadi heboh oleh puluhan anak kecil usia 1 (benar, ada bayi 1 tahun ikut bersekolah!) hingga 6 tahun.
Rutinitas jadi berubah saat 3 sekolah berkumpul. Hampir sepanjang waktu dihabiskan anak-anak di ruangan tempat panggung mini berada, berlatih untuk manggung. Pantas saja Zaka yang suka rutinitas jadi terganggu dan tidak nyaman. Saya biarkan dia tetap sekolah untuk belajar mengatasinya. Tapi kadang-kadang dia keluar kelas cuman buat nyari saya lo.. setelah tau saya ada di luar biasanya dia mau masuk lagi.
Zaka dapat peran untuk sesi bahasa Inggris. Dia kebagian tugas menyebutkan warna, sementara 2 temannya yang lain menyebutkan angka dan binatang. Sebelumnya acaranya sempat dibatalkan. Gurunya bilang karena di panggung Zaka malah tidur-tiduran…
Waktu mendengar itu saya rada heran, soalnya di rumah Zaka mau-mau saja ‘manggung’. Waduh, gak lucu banget sih, masa dibatalin gara-gara ketiduran di panggung. Setelah saya perhatikan, ternyata tidak hanya Zaka yang tidur-tiduran dan ga konsen di panggung. Beberapa anak lain juga tidur-tiduran, berkeliaran, duduk, bahkan mengganggu temannya. Saya juga melihat bahwa para guru sangat sibuk menangani banyaknya acara (dan anak-anak yang ada) sehingga tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan anak-anak itu satu persatu.
Di rumah saya tanya Zaka, apa dia masih pengen manggung. Ternyata masih. Ya sudah, saya temui gurunya dan bernegosiasi. Saya bilang bahwa saya akan ajak Zaka berlatih di rumah, dan please.. kalo dalam 1 minggu Zaka memenuhi targetnya, tolong acaranya dimasukkan lagi. Saya pikir manggung ini adalah suatu tahapan yang perlu dilewati anak saya, jika dia mau, untuk menambah kepercayaan dirinya. Dan, tidak adil rasanya jika acaranya dibatalkan setelah berlatih berbulan-bulan.
Alhamdulillah guru Zaka setuju. Dua hari berlatih di rumah, Zaka ok. Di sekolah pun Zaka mau manggung dengan baik (walaupun tidak selalu benar he he.. ). Akhirnya gurunya pun kembali memasukkan acara Zaka. Mudah-mudahan semuanya lancar dan aman deh..
Sebenarnya saya rada heran dengan acara pentas anak-anak playgroup ini. Yang saya pikirkan, ini adalah sebuah ajang untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, memunculkan potensinya, dan komunikasi dengan orang tua. Yang saya bayangkan adalah suatu acara yang hangat, dengan panggung kecil di sekolah, dan semua anak tampil. Lengkap dengan segala kehebohan dan kelucuannya, malu-malu, keisengan dan kenakalannya. Mungkin tidak sempurna, karena anak-anak 4-5 taunan memang masih belajar. Saya yakin para orang tua pun dapat menerima ketidak sempurnaan anaknya, mungkin malah menganggapnya sebagai kelucuan. Saya ingin melihat anak saya di panggung kecil, hanya dengan teman sekelasnya, tampil dengan percaya diri karena tahu bahwa yang menontonnya adalah orang tua dan orang tua teman-temannya, yang mengerti ketidaksempurnaannya dan bangga akan usahanya. Saya impikan suatu panggung anak-anak, untuk mereka.
Tapi acara yang akan datang adalah acara yang resmi. Lengkap dengan panggung besar di aula besar, di sekolah besar. Tamunya adalah Kepala Dinas Pendidikan, dan beberapa orang terhormat yang lain selain orang tua. Pengisi acaranya adalah anak-anak dari 3 sekolah yang berbeda (walaupun 1 yayasan). Dan acaranya berlangsung padat dari pagi hingga makan siang..
Duh, lalu untuk apa semua kehebohan ini? Untuk anak-anak (yang mungkin tidak nyaman dengan kostumnya, dengan tempat yang asing, dengan banyaknya orang asing berkeliaran, dengan acara yang padat dan tuntutan kesempurnaan karena manggung di depan orang penting)? Saya tidak yakin.
Ternyata beberapa minggu terakhir dia tidak nyaman dengan hebohnya acara perpisahan di sekolahnya. Memang sangat heboh sih. Setiap hari anak-anak dari 3 sekolah disatukan di sekolahnya (2 TK yang lain dalam yayasan yang sama sebetulnya punya gedung sendiri, tapi menjelang perpisahan mereka tiap hari sekolah di tempat Zaka untuk berlatih). Sekolahnya yang biasanya santai dan nyaman jadi heboh oleh puluhan anak kecil usia 1 (benar, ada bayi 1 tahun ikut bersekolah!) hingga 6 tahun.
Rutinitas jadi berubah saat 3 sekolah berkumpul. Hampir sepanjang waktu dihabiskan anak-anak di ruangan tempat panggung mini berada, berlatih untuk manggung. Pantas saja Zaka yang suka rutinitas jadi terganggu dan tidak nyaman. Saya biarkan dia tetap sekolah untuk belajar mengatasinya. Tapi kadang-kadang dia keluar kelas cuman buat nyari saya lo.. setelah tau saya ada di luar biasanya dia mau masuk lagi.
Zaka dapat peran untuk sesi bahasa Inggris. Dia kebagian tugas menyebutkan warna, sementara 2 temannya yang lain menyebutkan angka dan binatang. Sebelumnya acaranya sempat dibatalkan. Gurunya bilang karena di panggung Zaka malah tidur-tiduran…
Waktu mendengar itu saya rada heran, soalnya di rumah Zaka mau-mau saja ‘manggung’. Waduh, gak lucu banget sih, masa dibatalin gara-gara ketiduran di panggung. Setelah saya perhatikan, ternyata tidak hanya Zaka yang tidur-tiduran dan ga konsen di panggung. Beberapa anak lain juga tidur-tiduran, berkeliaran, duduk, bahkan mengganggu temannya. Saya juga melihat bahwa para guru sangat sibuk menangani banyaknya acara (dan anak-anak yang ada) sehingga tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan anak-anak itu satu persatu.
Di rumah saya tanya Zaka, apa dia masih pengen manggung. Ternyata masih. Ya sudah, saya temui gurunya dan bernegosiasi. Saya bilang bahwa saya akan ajak Zaka berlatih di rumah, dan please.. kalo dalam 1 minggu Zaka memenuhi targetnya, tolong acaranya dimasukkan lagi. Saya pikir manggung ini adalah suatu tahapan yang perlu dilewati anak saya, jika dia mau, untuk menambah kepercayaan dirinya. Dan, tidak adil rasanya jika acaranya dibatalkan setelah berlatih berbulan-bulan.
Alhamdulillah guru Zaka setuju. Dua hari berlatih di rumah, Zaka ok. Di sekolah pun Zaka mau manggung dengan baik (walaupun tidak selalu benar he he.. ). Akhirnya gurunya pun kembali memasukkan acara Zaka. Mudah-mudahan semuanya lancar dan aman deh..
Sebenarnya saya rada heran dengan acara pentas anak-anak playgroup ini. Yang saya pikirkan, ini adalah sebuah ajang untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, memunculkan potensinya, dan komunikasi dengan orang tua. Yang saya bayangkan adalah suatu acara yang hangat, dengan panggung kecil di sekolah, dan semua anak tampil. Lengkap dengan segala kehebohan dan kelucuannya, malu-malu, keisengan dan kenakalannya. Mungkin tidak sempurna, karena anak-anak 4-5 taunan memang masih belajar. Saya yakin para orang tua pun dapat menerima ketidak sempurnaan anaknya, mungkin malah menganggapnya sebagai kelucuan. Saya ingin melihat anak saya di panggung kecil, hanya dengan teman sekelasnya, tampil dengan percaya diri karena tahu bahwa yang menontonnya adalah orang tua dan orang tua teman-temannya, yang mengerti ketidaksempurnaannya dan bangga akan usahanya. Saya impikan suatu panggung anak-anak, untuk mereka.
Tapi acara yang akan datang adalah acara yang resmi. Lengkap dengan panggung besar di aula besar, di sekolah besar. Tamunya adalah Kepala Dinas Pendidikan, dan beberapa orang terhormat yang lain selain orang tua. Pengisi acaranya adalah anak-anak dari 3 sekolah yang berbeda (walaupun 1 yayasan). Dan acaranya berlangsung padat dari pagi hingga makan siang..
Duh, lalu untuk apa semua kehebohan ini? Untuk anak-anak (yang mungkin tidak nyaman dengan kostumnya, dengan tempat yang asing, dengan banyaknya orang asing berkeliaran, dengan acara yang padat dan tuntutan kesempurnaan karena manggung di depan orang penting)? Saya tidak yakin.
1 comment:
hehe..iffah juga pernah mogok pentas. waktu lulus kelas nursery kemaren kebagian peran gadis melayu di filmnya P Ramlee..apadaya,nyampe di panggung gak mau keluar pentas :)
Post a Comment