Kishan mulai demam sejak Rabu siang, dan sampai sekarang suhu tubuhnya masih belum stabil. Hare'eng, kata orang Sunda mah. Sebelumnya saya tidak terlalu khawatir, karena meskipun sakit Kishan tetap ceria, tetap mo makan walaupun tidak sebanyak sebelumnya, dan masih lincah berlari dan meloncat ke sana kemari. Saya berikhtiar dengan memberikan banyak minum, dan obat penurun panas.
Hari Jumat demamnya turun dan malah makin lincah. Saya pikir dia sudah sembuh, jadi tidak saya bawa ke dokter. Ternyata hari Sabtu demamnya muncul lagi, lumayan tinggi, di atas 38,5 derajat. Mulai hari Minggu muncul bintik-bintik merah di punggung dan wajahnya, di beberapa tempat menyebar seperti ruam merah. Mulai rewel, dan malam senin bangun lebih dari 10x.
Zaka juga demam sejak Sabtu sampai sekarang, saat saya menulis blog ini. Perut dan tenggorokannya juga sakit. Beberapa kali dia sampai menangis, menahan sakit perutnya, dan tenggorokannya. Duh anakku.. :-(.
Ke dokter. Harusnya itu yang dilakukan sejak kemarin. Tapi kami tinggal di camp Duri, di mana fasilitas kesehatan disediakan perusahaan, di satu-satunya rumah sakit di kompleks, yang personel medisnya bekerja sesuai jam kerja, jam 7 pagi sampai 4 sore (diselang dengan banyak meeting, cuti, dan waktu konsultasi tertentu). Ada sih bagian emergency yang buka 24 jam. Tapi saya trauma ke situ, karena pelayanannya tidak pakai hati..
Pagi ini (saya menulis ini di PDA hari Senin, 24 Desember jam 08.00), saya menanti di resepsionis dengan cemas, menunggu keputusan apa Zaka dan Kishan bisa dapat jatah konsultasi ke dokter. Pagi ini dokter-dokter meeting, dan mulai jam 11.30 libur setengah hari. Jatah konsultasi untuk Dokter Anak hanya untuk 6 orang bayi di bawah 1 tahun. Dan sudah banyak pendaftar via telepon yang ditolak. Beberapa yang datang langsung juga diminta mendaftar untuk hari Rabu, karena besok libur. Tapi saya yang datang langsung ke medical, dengan 2 balita yang sudah demam lebih dari 3 hari dipersilakan menunggu, barangkali saja dokter-dokter itu bermurah hati menyediakan waktunya. Saya harus menunggu mereka mengambil keputusan, setelah meeting.
Hiks. Kalau saja ada alternatif lain. Jika saja ada rumah sakit lain di Duri yang memilki fasilitas laboratorium untuk tes darah, karena saya yakin demam lebih dari 3 hari membutuhkan tes darah untuk observasi. Jika saja ada dokter anak lain yang saya tahu. Tapi kami tinggal di Duri, jadi saya memang tidak punya pilihan lain...:-(.
Pelayanan kesehatan yang jauuh dari sempurna di Duri, dan tidak adanya pilihan lain memang alasan utama saya tidak betah di sini. Sampai saat ini saya bisa menahankan fasilitas hiburan yang hampir tidak ada di sini, tanpa mall, toko buku, dan resto asik untuk didatangi, jauh dari keluarga besar dan saudara-saudara, bahkan kualitas pendidikan untuk Preschool dan TK yang pas-pasan. Tapi, saat anak-anak sakit, sungguh saya ingin pindah dari Duri!
No comments:
Post a Comment