Saturday, May 03, 2008

Tamasya sehat naik busway

Sudah 2 kali liburan pendek ke jakarta tahun ini, dan Zaka masih ngefans banget ama yang namanya Busway. Sejak perjalanan dari bandara ke hotel, matanya selalu bersinar-sinar setiap kali melihat bus besar itu melintas di jalur khususnya. Dan, permintaannya pasti, "Ntar kalo jalan-jalan naek busway yaaaa ".

Naek busway sangat menyenangkan buat Zaka. Dan melihat Zaka yang bersemangat dan hepi setiap kali naek busway, Kishan yang baru 2 tahun juga jadi cinta busway :-). Sensasi naek busway untuk anak-anak saya itu dimulai saat mulai naek ke jembatan menuju halte. Jembatan logam model 'perosotan' (kata anak-anak mah) itu sangat asik untuk dinaiki, walaupun bagian pinggir bawahnya yang berlubang tanpa penahan membuat saya selalu khawatir saat anak-anak keukeuh untuk berjalan tanpa digandeng.

Sensasi berikut yang disukai anak-anak adalah 'adegan' membeli karcis. Zaka senang menghitung uang, membeli karcis dan mengamati kartu yang harus digunakan untuk masuk ke tempat menunggu bis. Ada semacam jalur masuk ke tempat tunggu, di mana kita harus menggesekkan kartu untuk memutar pagar penahan, atau menyerahkan kartu kepada petugas yang akan membuka pagar. Sayangnya, hanya di beberapa halte hal ini diberlakukan. Di kebanyakan halte orang bisa langsung masuk ke area tunggu setelah membeli tiket.

Anak-anak juga suka sekali saat melihat bus datang dari kejauhan.. seperti mendapat harta karun ha ha.. Lucu ya, ternyata hal-hal kecil saja bisa membuat seorang balita sangat senang. Hmm apa menjadi dewasa itu berarti melupakan hal-hal kecil yang bisa membuat hati riang ;-)? Melihat pintu terbuka secara otomatis, adalah hal ajaib untuk mereka. Dan menyebrang dari halte ke bus membuat si kasep merasa gagah :-).

Di bulan januari waktu kami pertama kali mencoba busway, kami memilih waktu di mana busway bakal sepi, yaitu jam kantor. Busway yang sepi jauh lebih nyaman untuk anak-anak. Jalan di akhir April kemarin itu kami kurang beruntung. Sering sekali kami mendapatkan busway yang penuh, walaupun sudah menunggu lama. Dan saya jadi menemukan karakter penumpang yang lebih egois. Zaka yang masih lima tahun dan baru setinggi dada orang dewasa, sering dibiarkan berdiri dan rada terombang-ambing di busway (walaupun dia tetap hepi dan tidak kapok naek busway). Bukan hanya Zaka, ibu hamil dan orang tua pun sering saya lihat berdiri tanpa ada yang berbaik hati menawarkan kursinya.. :-(. Apakah kepedulian sosial memang sudah sangat berkurang? Atau kerasnya hidup di jakarta membuat kenyamanan seperti kursi busway merupakan kemewahan yang sayang dibagi untuk orang lain?

Keistimewaan busway yang lain adalah kemudahan mencapai tempat tujuan. Kebun binatang Ragunan, Plaza Semanggi, Sarinah, Pasaraya Blok-M, Ancol, Gambir, Monas, sampai Stasiun Kota bisa dicapai naik busway (jalur koridor Busway bisa dilihat di sini), ditambah sedikit berjalan kaki (dan naik angkot untuk ke pasar pagi Mangga Dua). Dengan waktu tempuh yang relatif lebih cepat dibandingkan naik taksi, dan keringat yang lebih banyak he he..

Buat kami, keliling jakarta naek busway bukan saja sehat untuk dompet :-D. Dengan Rp 3.500 per orang, bisa keliling jakarta dan berpindah-pindah koridor untuk menuju tujuan. Jarak tempuh jalan kaki juga rasanya bisa memenuhi target 10K perhari he he.. belum lagi quality time saat bercanda dengan anak-anak, asiknya naik turun jembatan busway, melihat keramaian lalu lintas dari atas dan window shopping di trotoar jakarta yang rameeee dan unik, sangat menarik buat anak-anak saya yang terbiasa dengan hijaunya Duri :-D.

Buat yang ingin mencoba, berikut tips untuk naek busway bersama anak-anak berdasarkan pengalaman saya:

1. Pilih waktu saat busway relatif sepi. Jam kantor, setelah jam 10 pagi dan sebelum jam 4 sore biasanya lebih lenggang. Saat makan siang dan pulang sekolah (jam 2-an) busway sering penuh di koridor tertentu. Hindari naek busway sesudah jam 5 sore, karena sangat penuh.

2. Siapkan baju yang nyaman dan baju ganti untuk anak-anak. Naik turun jembatan busway memang menyenangkan untuk anak, tapi membuat berkeringat. Begitu juga ruang tunggu yang panas. Sedangkan dalam busway kadang-kadang AC nya terlalu dingin. Pilih tempat yang tidak langsung terkena hembusan angin AC.

3. Pegang anak-anak saat berjalan di jembatan busway. Saat jembatan sepi, usahakan mereka tetap berjalan dengan rapi. Perhatikan jalan, kadang-kadang ada bagian yang berlubang atau menonjol. Stroller bisa dibawa, tapi cukup merepotkan saat pindah dari halte ke bus dan lumayan memakan tempat di bus yang penuh.

4. Di ruang tunggu kadang-kadang masih ada yang merokok sehingga asap rokok bisa berbahaya untuk kesehatan anak. Ruangan juga cukup panas di siang hari. Usahakan sudah siap saat bus datang dan pintu terbuka. Hati-hati menyebrang ke bus karena kadang-kadang jaraknya cukup jauh. Anak di bawah 8 tahun masih perlu digandeng saat menyebrang.

5. Usahakan memilih bus yang masih memiliki tempat duduk tersisa. Jika tidak ada, berdirilah di dekat tiang yang bisa dipegang oleh anak. Anak di bawah 5 tahun lebih baik digendong. Jika menggendong sambil berdiri di atas bus, usahakan mendapatkan pegangan yang kuat dan atur posisi yang kokoh agar tidak terombang-ambing saat bus berjalan. Jika anak berdiri berpegangan, usahakan berdirinya cukup kokoh dan terlindung.

4. Pelajari jalur agar bisa berhenti di halte yang paling dekat dengan tujuan. Untuk meminimalisir jalan kaki dan anak-anak tetap semangat karena bisa melihat tempat tujuan.

5. Bawa cemilan dan air minum untuk anak. Di jembatan dan halte busway tidak ada orang berjualan.

6. Bawa payung jika diperlukan

7. Siapkan selalu tisu basah atau cairan pencuci tangan. Ramp jembatan yang dipegang anak-anak bisa membuat tangan (sangat) kotor

8. Siapkan hati agar tetap hepi :-). Naik busway tidak selalu menyenangkan. Kadang-kadang kita perlu menunggu lama, berdiri, berjalan jauh dan kepanasan. Jika ortu tetap ceria mudah-mudahan anak-anak juga tidak rewel dan tetap ceria.


Bekam

Tadi sore suami saya migrain berat, dan ujug-ujug minta di bekam. Bekam? Waduh, itu permintaan aneh euy.. Boro-boro bisa nge-bekam, saya bahkan punya pengalaman buruk dengan bekam, saat jadi migrain berat setelah pertama kali dibekam seorang teman.

Bekam lagi ngetren di kalangan teman-teman saya di Duri. Banyak teman saya memiliki perlengkapan bekam sendiri, dan mereka praktisi bekam juga lo ;-). Seorang teman yang telah merasakan khasiat bekam malah secara rutin membekam anak-anaknya. Bahkan menurut ceritanya, dengan rajin berbekam itu anak-anaknya yang tadinya sering demam jadi lebih jarang sakit, dan seorang batitanya yang sempet late talker menunjukkan perkembangan bahasa yang lumayan signifikan.

Apa sih bekam? Menurut wikipedia indonesia, bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Bekam merupakan pengobatan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagaimana dijelaskan dalam hadist Bukhari, yang isinya “Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal: dengan minum madu, pisau hijamah (bekam) dan dengan besi panas. Dan aku melarang ummatku dengan besi panas”.

Kembali ke cerita migrainnya suami saya, alhasil demi suami tercinta tadi malam saya nenangga ke sahabat yang praktisi bekam, minta kursus singkat (dan gratis ha ha). Sepulangnya dari sana, dengan berbekal (sangat) sedikit ilmu tentang bekam, buku panduan, dan suntikan pede dari sang teman saya memberanikan diri melakukan bekam pada suami.

Oya, bekam yang saya lakukan adalah bekam kering (Hijamah Jaaffah) yaitu menghisap permukaan kulit dengan alat berbentuk mangkuk plastik dengan pompa penghisap. Lalu memijat tempat sekitarnya (istilah teman saya, sulur-sulur) tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering ini berkhasiat memperlancar aliran darah buku atau mengalirkan darah ke bagian tubuh yang kekurangan. Kalau menurut saya mah mirip dengan kerokan. Bahkan bekas-bekas bekam pada suami saya adalah punggung yang kemerahan, seperti habis kerokan.

Ada beberapa titik bekam dalam buku panduan, mirip seperti titik-titik akupunktur. Sebagai pemula, saya hanya memakai tiga titik ‘utama’ (?). Titik paling mujarab, kata teman saya mah :-D. Yaitu titik di tengkuk bagian belakang, belakang bahu kanan dan belakang bahu kiri. Bekam ini dilakukan dengan minyak pijat, untuk mempermudah pijatan dan membuat pasien lebih nyaman.

Apakah bekam nya berhasil? Tanya saja pada suami saya he he. Menurut dia mah kepalanya terasa lebih enteng, dan tubuhnya lebih nyaman. Mungkin peredaran darahnya sudah lebih lancar ya? Semoga.. :-).