Tuesday, February 07, 2012

Steak Dan Reksa Dana



Suka steak? Saya suka sekali! Favorit saya adalah lamb chop dari Suis Butcher di bandung.. daging dombanya empuk dan sausnya lezat.. ditambah salad ala suis, lengkaplah untuk dinner. Sayangnya di umur 30-an ini saya sudah mengurangi makan daging euy.. apalagi makan steak sering-sering tidak sehat juga untuk dompet :p.

Steak dan Reksa dana. Dua produk yang berbeda kan. Satunya makanan sejuta umat, satu lagi produk yang kadang masih asing walaupun sekarang mulai sering berkumandang di jagat Internet. Terutama sejak para financial planner beken seperti @aidilakbar, @mrshananto, @pritaghozie dan lain-lain mulai sering menulis tentang keseksiannya sebagai kendaraan investasi dalam financial planning.

Kalo buat saya, ada persamaan yang sangat dekat antara keduanya. Steak dan Reksa dana sama-sama diramu oleh ‘chef’. Sama-sama punya komposisi bahan dan bumbu yang spesiaaall. Dan, setiap restoran atau menu steak punya rasa khas yang berbeda dengan di tempat lainnya. Bahkan menu yang sama bisa tampil sangat berbeda tergantung resto/chefnya.

Kenapa saya bahas steak bersama-sama dengan Reksa dana? Sekali lagi, karena menurut saya keduanya mirip. Maafkeun, memang begitu jika si doyan makan membahas tentang produk financial hehee..

Komponen utama steak ala resto-resto di Indonesia biasanya adalah daging, baik daging sapi, domba, ayam hingga ikan. Daging tersebut ditemani pelengkap seperti wortel rebus, kentang goreng, jagung dan salad. Disiram saos barbeque, mushroom atau lada hitam dan ditemani oleh saus tomat/sambal. Bisa well done, atau setengah matang. Racikan bumbunya biasanya memakai resep rahasia sang chef dengan takaran yang khas.

Seperti steak, Reksa dana juga terdiri dari beberapa komponen. Biasanya merupakan campuran resep rahasia dengan komposisi surat hutang, obligasi dan saham yang berbeda tergantung sang Chef alias peramunya, yaitu sang Manajer Investasi. Seperti steak yang bisa berbeda-beda rasa sesuai resep sang Chef begitu pula potensi keuntungan reksa dana. Resep sang Manajer Investasi sangat menentukan tingkat return suatu Reksa dana.

Petensi return reksa dana memang cukup menggiurkan. Dibandingkan dengan deposito yang hanya sekitar 4-6% per tahun, reksa dana secara historis bisa memberikan return antara 6-lebih dari 30% per-tahun. Bahkan ada satu Reksa dana Saham yang pernah memberikan return hingga lebih dari 80% dalam 1 tahun (tahun 2010)!

Tentu saja resikonya sebanding dengan potensi keuntungannya;). Sama dengan kelezatan steak yang bisa menambah resiko kesehatan dan makin banyaknya lipatan-lipatan lemak heuheuu.. Padahal perlu dicatat bahwa tidak semua steak itu berlemak dan tidak sehat. Ada steak vegetarian bukan;)?

Steak vegetarian tidak mengandung daging. Steak jenis ini pengganti dagingnya ada yang terbuat dari tempe, tahu, jamur hingga bahan khusus pengganti daging untuk vegetarian. Konon kabarnya, rasanya tidak kalah lezat dari steak daging.. saya harus mencobanya kapan-kapan :D.

Reksa dana seringkali (hampir selalu) dikaitkan dengan saham, berkaitan dengan aspek resikonya. Padahal, seperti steak yang tidak selalu mengandung daging, Reksa dana pun ada pula yang sama sekali tidak mengandung saham!

Reksa dana Pasar Uang (RDPU) sama sekali tidak mengandung saham di dalamnya. Isinya 100% terdiri dari efek pasar uang. Efek pasar uang adalah efek hutang yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun misalnya Deposito, SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan Obligasi Pemerintah/Korporasi . Walaupun di dalamnya ada depositonya, sebenarnya masih lebih untung kalau kita membeli RDPU ini daripada memasukkan uang ke dalam Deposito lo.. Kenapa? Karena bunga/return dari RDPU ini kita dapat tanpa dipotong pajak tidak seperti kalau kita berinvestasi dalam deposito. Lumayan kan ;).

Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) pun ada yang  tidak mengandung komponen saham di dalamnya. Komposisinya sebagian besar terdiri dari obligasi perusahaan maupun pemerintah, biasanya 80%-100%. Sementara 0%-20% sisanya adalah efek hutang seperti pada RDPU. Dan, walaupun namanya PENDAPATAN TETAP, jangan bayangkan bahwa return nya berupa pendapatan tetap seperti pada deposito ya. Produk RDPT ini tidak memberikan pendapatan tetap!

Oya, RDPT ini ada juga yang memiliki komponen saham di dalamnya, biasanya maksimal 20%. Bagaimana membedakannya? Seperti menu di restoran steak, kita juga melihat komposisi ‘menu’ reksa dana. Yaitu PROSPEKTUS. Prospektus Reksa Dana adalah bacaan WAJIB yang perlu dipelajari sebelum kita berinvestasi di Reksa Dana. Isi prospektus berguna agar kita bisa mengenali perusahaan, laporan keuangannya hingga ke mana Reksa Dana tersebut menginvestasikan dananya (uang kita juga lo.. ). Prospektus ini biasanya ada di Manajer Investasi, agen penjual Reksa Dana (biasanya bank) hingga di website mereka. Kita bisa memintanya sebelum memilih reksa dana mana yang akan kita jadikan kendaraan investasi.

Sekarang bayangkan sepiring Sirloin Steak di depan kita yang masih mengepulkan asap. Aromanya membuai hidung kita, setumpuk kentang goreng, jagung dan wortel segar menjadi pelengkap yang sempurna.. yummy…

Jika steak diibaratkan sebagai Reksa dana, maka dagingnya adalah komponen saham dalam Reksa dana. Reksa dana Saham bagaikan steak dengan potongan daging yang tebal. Tapi dagingnya bisa berbeda-beda bukan, ada steak wagyu, steak lamb hingga chicken steak. Tingkat kelezatannya pun akan berbeda-beda, sesuai selera, kualitas bahan dan resep sang Chef.

Begitu pula Reksa dana Saham (RDS), walaupun memiliki minimal 80% dari saham-saham yang tercatat pada bursa, tiap Manajer Investasi akan bertindak sebagai koki yang meramu saham mana saja yang akan masuk ke dalam Reksa dananya. Ada RDS yang berisi saham-saham blue chip seperti saham PT Telkom (TLKM), PT United Tracktor (UNTR), PT Astra Internasional (ASII) dan saham-saham berkapitalisasi besar lainnya. Ada RDS yang memilih saham second liner yang berkapitalisasi di bawah blue chip seperti saham Bank Jabar Banten (BJBR) dan yang sedang beken karena dibeli Nazaruddin tentu the famous saham perusahaan penerbangan Indonesia ;).

Anda yang ingin berinvestasi syariah bisa memilih RDS Syariah. Reksa dana ini hanya memasukkan saham-saham syariah yaitu dari industri yang halal (bukan industry rokok, misalnya) dan hanya melakukan transaksi yang halal dalam strategi investasinya dan menjaga kehalalan keuntungannya (misalnya dalam menyisihkan dana transaksi dalam ‘grey area’ ke dalam rekening khusus yang tidak dibagikan sebagai keuntungan investor).

Resep komposisi saham yang diambil, cara/waktu pembelian/penjualannya dan strategi investasinya oleh Manajer Investasi ini akan menentukan tingkat keuntungan saham. Kecanggihan sang Manajer Investasi yang paling banyak menentukan tingkat return/keuntungan sekaligus resiko suatu Reksadana Saham. Sehingga, walaupun sama-sama reksa dana saham, history alias sejarah returnnya bisa jauh berbeda.

Sama seperti saat kita merasakan kenikmatan steak yang berbeda di restoran yang berbeda. Rasa steak wagyu di Holicow pasti berbeda dengan Lamb Steak favorit saya di Suis Butcher, dan beda lagi dengan steak berbalut tepung di Warung Steak ;).

Reksa dana Campuran (RDC) ibarat menu steak yang customize, di mana sang Chef bisa meramu steaknya dengan lebih fleksible. Saat harga daging mahal, kentang dan salad akan lebih banyak. Tapi saat daging lebih murah atau masa promo sang Chef akan memberikan potongan daging yang besar pada pelanggannya.

Begitu pula RDC, komposisi reksa dana ini terdiri atas Saham dan Obligasi yang fleksibel. Manajer Investasi dapat merubah komposisi saham dan obligasinya selama masing-masing komposisinya maksimal 80%. Fleksibilitas Reksa Dana ini bisa berguna saat bursa saham gonjang-ganjing, karena tidak seperti RDS yang terikat dengan batasan komposisi sahamnya, RDC bisa memaksimalkan pembelian obligasi saat nilai saham kurang optimal.

Pertanyaannya, Reksa Dana mana yang paling oke untuk kita?

Jawabannya seperti gimmick nya para financial planner: Tujuan lo apa ;)?

Seperti saat kita memilih steak, pemilihan investasi adalah sangat personal karena tergantung karakter dan kebutuhan individu yang bersangkutan.

Jika anda punya penyakit darah tinggi, tentu tak akan memilih steak tebal dan berlemak bukan? Walaupun kelezatannya sangaaaat menggoda ;). Begitu pula, jika anda adalah orang yang mudah deg-deg-an dengan kondisi investasi, memiliki profil resiko konservatif alias kurang suka dengan hal beresiko tinggi sebaiknya tidak mencoba RDC maupun RDS yang memiliki komponen saham. Karena bursa saham yang cenderung lebih beresiko daripada komponen pembentuk reksa dana lainnya. Pilihlah RDPT maupun RDPU.

Tetapi, seperti steak daging yang makin tebal (katanya) makin lezat, RDS/RDC juga bisa menghasilkan kemungkinan return yang jauh lebih tinggi daripada RDPT/RDPU. Bahkan ada satu reksa dana saham yang returnnya adalah lebih dari 300% dalam waktu 5 tahun! Kalau dirata-ratakan mencapai 60% dalam setahun.. yummy ;).

Pedoman yang berlaku umum adalah: ambil resiko lebih besar saat horizon/waktu investasi lebih panjang. Misalnya untuk dana pensiun atau dana pendidikan anak yang waktunya cukup panjang (lebih dari 5 tahun) anda bisa membeli RDS/RDC karena dengan jangka waktu yang panjang, resiko bisa diperkecil. Bila suatu saat nilai saham turun banyak di satu tahun, kenaikan saham di tahun-tahun berikutnya diharapkan bisa menutupi kerugian di tahun tersebut.

Walaupun begitu, tentu saja anda memerlukan perencanaan keuangan dan monitoring. Untuk investasi pada produk beresiko tinggi, ada baiknya jika minimal 2 tahun sebelum digunakan dana tersebut sudah dipindahkan ke dalam produk yang beresiko lebih rendah.

Untuk tujuan-tujuan jangka pendek/menengah (1-5 tahun) bisa menggunakan RDPU maupun RDPT. Pengalaman saya mah, lebih menguntungkan ‘menyimpan’ uang dalam reksa dana tersebut daripada deposito. Selain returnnya relatif lebih besar, dana kita pun lebih fleksible untuk diambil. Tidak perlu menunggu saat jatuh tempo seperti pada Deposito.

Apa perlu kita berinvestasi pada reksa dana?

Apa perlu kita membeli steak? Hihiii.. ga harus sih.. tapi steak kan enaaak :p.

Reksa dana juga :p. Tidak ada yang mengharuskan kita untuk berinvestasi pada reksa dana. Tapi apa kita puas dengan uang yang hanya mengendap dalam tabungan, dengan bunga kurang dari 4% per tahun?

Apa kita puas dengan deposito yang hanya bisa diambil saat jatuh tempo dengan bunga kurang dari 6% per tahun?

Apa kita puas dengan asuransi unit link berbiaya besar dengan uang pertanggungan yang rendah dan nilai investasi kurang optimal?

Apa kita puas dengan tabungan pendidikan yang juga bunganya sangat rendah.. apa akan cukup dananya saat anak-anak kita memerlukannya kelak?

Reksa dana adalah produk yang lebih efisien untuk berinvestasi. Karena bisa dimulai dengan jumlah yang relatif kecil (mulai Rp 100.000!), bisa dibeli di banyak bank (bank Mandiri, Commonwealth, HSBC, Citibank dll) dan potensi return yang relatif cukup besar.

Seperti steak yang bisa diminimalisir resikonya, dengan memilih daging tanpa lemak, mengurangi porsinya hingga memilih vegetarian steak, reksa dana pun bisa diminimalisir resikonya..

Jadi, siap makan steak? Ups.. siap berinvestasi Reksa Dana ;)? Siapa takuuuuut….

No comments: